Senin, 23 Februari 2009

ibu......(dari ukhti wawa lagi....)


Assalaamu'alaikum wr. wb...

Teman2 sekalian, buat renungan doang nih, Insya Allah bermanfaat, amien...


" Seumur hidup kita menggendong orangtua di pundak kita, tidak akan bisa membalas jasa-jasa orang tua kita "

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan
membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
ini justru sebaliknya.

Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini
justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat
sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling
indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :

"Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap
dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar
dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk
disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu
seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata :

"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari
tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan
gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata
:"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.

" Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu
yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat
ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu
sambil menyuruhnya minum.

Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita
pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat
kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati
yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat
kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka,

Ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut.

Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku :

"Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung,
harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra
atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit
sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan
tegarnya berkata :

"Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGA N IBU

YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya
percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali
mengucapkan : " Terima kasih Ibu ! "

Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
untuk berbincang dengan ayah ibu kita?

Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita
selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan
dengan pacar ('afwan yah nyindir yg pacaran), kita pasti lebih peduli
dengan pacar. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar, cemas
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di
samping kita...??

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas
apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah
bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan
kembali lagi...

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita,

lakukanlah yang terbaik.

Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Semoga bermanfaat

Wassalaamu'alaikum wr. wb.
--------------------

Berjalan di atas angin....
mereguk cinta menambat asa...
lalui hidup dengan cinta dan kerinduan...
Allahu Ghoyatuna...

Jumat, 20 Februari 2009

MANFAAT MADU DAN BUBUK KAYU MANIS Sebuah pengobatan herbal

1. Kerontokan rambut
Orang yang mengalami kerontokan rambut atau kebotakan dapat memakai campuran minyak zaitun panas, 1 sendok makan madu dan 1 sendok teh bubuk kayu manis sebelum mandi. Oleskan di kepala dan diamkan selama kira-kira 15 menit setelah itu baru dibasuh. Penelitian itu juga membuktikan ramuan yang didiamkan dikepala selama 5 menit pun tetap efektif.

2. Infeksi kandung kemih
Campurkan 2 sendok makan bubuk kayumanis dan 1 sendok teh madu ke dalam segelas air suam-suam kuku. Setelah itu diminum. Ramuan ini membunuh kuman-kuman dalam kandung kemih.

3. Sakit gigi

Buat campuran 1 sendok teh bubuk kayu manis dan 5 sendok teh madu.

4. Kolesterol

Kadar kolesterol darah dapat diturunkan dengan 2 sendok makan madu dan 3 sendok teh bubuk kayu manis yang dicampur dalam 16 ounce (16 kali 28 gram kira kira 1 pon = 454 gram) air teh. Ramuan ini dapat mengurangi kadar kolesterol dalam darah sampai 10 persen dalam 2 jam. Madu murni yang diminum sehari-hari meringankan gangguan kolesterol.

5. Pilek
Pilek ringan dan berat dapat disembuhkan dengan 1 sendok makan madu suam-suam kuku dan ¼ sendok teh bubuk kayu manis setiap hari selama 3 hari. Ramuan ini dapat menyembuhkan hampir semua batuk dan pilek kronis serta membersihkan sinus.

6. Mandul
• Pengobatan Yunani dan Ayurveda telah menggunakan madu selama bertahun-tahun untuk memperkuat semen (air mani = sperma) para pria. Dua sendok makan madu yang diminum secara teratur sebelum tidur akan berefek menyuburkan. Wanita Jepang, Cina dan Asia Timur yang sulit hamil dan ingin memperkuat rahim, lazim mengkonsumsi bubuk kayu manis sejak berabad-abad lalu.

• Wanita yang sulit hamil sebaiknya sesering mungkin mengoleskan madu dan sesendok teh bubuk kayu manis pada gusinya. Kayu manis akan bercampur dengan air ludah dan memasuki tubuh. Ada pasangan suami istri dari Maryland tidak memiliki keturunan selama 14 tahun dan nyaris putus asa. Ketika mengetahui khasiat kayu manis dan madu, mereka mengkonsumsi ramuan tersebut. Sang istri mulai mengandung dan melahirkan bayi kembar.

7. Sakit perut

Madu yang dicampur bubuk kayu manis dapat mengobati sakit perut. Juga dapat membersihkan perut, serta menyembuhkan bisul sampai ke akar-akarnya.

8. Kembung

Penelitian yang dilakukan di India dan Jepang menyatakan bahwa madu yang diminum bersama kayu manis dapat mengurangi gas dalam perut.

9. Bau napas

Satu sendok teh madu dan bubuk kayu manis yang dicampur dalam air panas dapat membuat nafas tetap segar sehari penuh. Orang Amerika Selatan biasa meminum ramuan tersebut di pagi hari. Cocok ketika di bulan puasa Ramadhan.

10. Sakit kepala sinus

Minum campuran madu dan juice jeruk dapat menyembuhkan sakit kepala karena sinus.

11. Kelelahan

Studi terakhir menunjukkan bahwa kandungan gula dalam madu lebih bermanfaat daripada merugi-kan bagi tubuh. Warga usia lanjut yang mengkonsumsi madu dan bubuk kayu manis dengan ukur-an sama, terbukti lebih bugar dan fleksibel. Penelitian Dr. Milton membuktikan ½ sendok makan madu yang diminum bersama segelas air dan ditaburi bubuk kayu manis dapat meningkatkan vitali-tas tubuh dalam seminggu. Ramuan tersebut diminum setiap hari setelah menggosok gigi dan jam 3 sore pada saat vitalitas tubuh menurun.

12. Kanker

Riset terakhir di Jepang dan Australia menunjukan bahwa kanker perut dan tulang stadium lanjut dapat disembuhkan dengan madu dan kayu manis. Pasien cukup minum 1 sendok makan madu dengan 1 sendok teh bubuk kayu manis selama sebulan 3 kali sehari.

13. Kelebihan berat badan

Minum segelas air yang direbus bersama madu dan bubuk kayu manis setiap pagi ½ jam sebelum sarapan atau saat perut masih kosong. Bila dilakukan secara teratur dapat mengurangi berat badan, bahkan bagi orang yang sangat gemuk, minum ramuan ini secara teratur akan mencegah lemak terakumulasi dalam tubuh, meski tetap makan makanan kalori tinggi.

14. Influenza

Ilmuwan Spanyol telah membuktikan bahwa madu berisi kandungan alami yang membunuh kuman influenza dan menyembuhkan pasien dari flu. Maka minumlah madu ketika akan flu.

15. Jerawat

Oleskan 3 sendok makan madu dan 1 sendok teh bubuk kayu manis pada wajah sebelum tidur. Basuh keesokan harinya dengan air hangat. Bila dilakukan rutin setiap hari selama 2 minggu, akan menyembuhkan jerawat sampai ke akar-akarnya.

16. Infeksi kulit

Ambil 1 bagian madu dan 1 bagian bubuk kayu manis, oleskan pada bagian kulit yang sakit.

17. Mencegah penuaan

Teh yang dicampur madu dan bubuk kayu manis dan diminum tiap hari dapat mencegah penuaan. Ambil 4 sendok madu, 1 sendok bubuk kayu manis dan 3 cangkir air kemudian rebus seperti mem-buat teh. Minumlah sebanyak 4 kali sehari. Ramuan ini membuat kulit segar dan halus serta men-cegah penuaan. Harapan hidup juga bertambah

18. Radang sendi / encok
• Ambil 1 bagian madu dan 2 bagian air suam-suam kuku. Tambahkan 1 sendok teh kecil bubuk kayu manis. Campur madu, air suam-suam kuku dan bubuk kayu manis. Pijat ke bagian yang sakit secara perlahan. Rasa sakit akan berkurang dalam waktu 1-2 menit. Atau penderita arthritis dapat minum 1 cangkir air panas dengan 2 sendok madu dan 1 sendok teh kecil bubuk kayu manis setiap hari, pagi dan malam.

• Bila diminum teratur, ramuan ini dapat mengobati penyakit arthritis kronis. Penelitian terakhir Copenhagen University menggunakan campuran 1 sendok makan madu dan ½ sendok teh bubuk kayu manis yang diberikan kepada pasien sebelum sarapan. Hasilnya dalam seminggu 73 dari 200 pasien yang diobati sembuh total. Kebanyakan pasien yang tidak dapat berjalan atau bergerak karena arthritis dapat berjalan tanpa rasa sakit.
19. Penyakit jantung

Oleskan madu dan bubuk kayu manis pada roti pada waktu sarapan setiap harinya. Madu dan kayu manis mengurangi kolesterol dalam pembuluh arteri, dan mengurangi resiko serangan jantung. Orang yang sudah terkena serangan jantung bila mengkonsumsi madu dan kayu manis setiap hari dapat terhindar dari serangan jantung kedua. Konsumsi madu dan kayu manis secara teratur dapat memperlancar pernapasan dan memperkuat detak jantung.

• Design by : Agus Rasyidi

• Sumber : www.kapanlagi.com

• Sent by : DJODI ISMANTO
From nice city of Medan

• Dipersilahkan untuk memforward ke sahabat / teman Anda dan milis yang Anda ikuti.



Berjalan di atas angin....
mereguk cinta menambat asa...
lalui hidup dengan cinta dan kerinduan...
Allahu Ghoyatuna...

Mutiara kata ...


Kejujuran adalah perhiasan jiwa yang lebih bercahaya daripada berlian
Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya, sedangkan berpikir tanpa belajar adalah berbahaya.
Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama.
Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan.
Orang yang berjiwa besar teguh pendiriannya, tetapi tidak keras kepala.
Ulurkan cintamu karena Tuhanmu dan tariklah cintamu karena Tuhanmu, anda tentu tak akan kecewa.
Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja.
Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja.
Melihatlah ke atas untuk urusan akhiratmu dan melihatlah ke bawah untuk urusan duniamu maka hidup akan tenteram.
Seseorang yang oprimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan.
Ingatlah, boleh jadi manusia itu mencintai sesuatu yang membahayakan dirinya atau membenci sesuatu yang bermanfaat baginya. Mohonlah petunjuk-Nya.
Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.
Bekerja atas dorongan cinta akan terasa senang tiada jemu dan lelah.
Orang besar menempuh jalan kearah tujuan melalui rintangan dan kesukaran yang hebat.
Berbuat baiklah kepada orang lain seperti berbuat baik kepada diri sendiri.
Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna.
Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain.
Jika seseorang tidak mencintai anda janganlah dia anda benci, karena mungkin akan tumbuh benih cinta kembali.
Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah.
Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan.
Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika mulai dari diri sendiri.
Jika rasa cinta terbalas, maka bersyukurlah karena Allah telah memberikan hidup lebih berharga dengan belas Kasih-Nya.
Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda.
Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan.
Jika rasa cinta itu tak terbalas maka bersukurlah, karena anda akan dipilihkan Allah yang lebih baik.
Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas.
Sifat orang yang berlilmu tinggi adalah merendahkan hari kepada manusia dan takut kepada Tuhan.
Contoh yang baik adalah nasehat terbaik (Fuller)
Jika kita melayani, maka hidup akan lebih berarti (John Gardne)
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. - Bung Karno
Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri. - Mary Mccarthy
Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. - Nabi Muhammad Saw
Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain daripada ambisi yang terselubung, yang mengabaikan kepentingan-kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan- kepentingan yang lebih besar. - La Roucefoucauld
Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu. - Benjamin Franklin
Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain. - Cicero
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda. - Dale Carnegie
Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat. - George Downing
Ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai bisa berpikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer. - Sydney Harris
Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah. - Nabi Muhammad Saw
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu. - William Feather
Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik. - Robert Hall
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri. - Martin Vanbee
Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. - Ernest Newman
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. - Aldus Huxley
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai. - Schopenhauer
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. - Andrew Jackson
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. - Evelyn Underhill
Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan. - Johan Wolfgang Goethe
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan. - Sir Francis Bacon
Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya; tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil di pandangnya walaupun bagaimana besarnya. - Jalinus At Thabib
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu. - Marcus Aurelius
Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain. - Thomas Hardy
Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak. - Benjamin Franklin
Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih. - Lao Tse
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah. - Abu Bakar Sibli
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya. - Joseph Addison
Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain. - William Wordsworth
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah. - Kahlil Gibran
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. - Alexander Pope
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda. - Heather Pryor
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. - Thomas Alva Edison
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri. - Muhammad Ali
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. - Confusius
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah. - Abu Bakar Sibli
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum. - Mahatma Gandhi
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ~ Nabi Muhammad SAW
Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. ~ Nabi Muhammad SAW
Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia. ~ Nabi Muhammad SAW
Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. ~ Nabi Muhammad SAW
Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. ~ Imam Al Ghazali
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. ~ Khalifah ‘Umar
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan. ~ Ibnu Mas’ud
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. ~ Khalifah ‘Ali
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. ~ Ibnu Mas’ud
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. ~ Khalifah ‘Ali
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku. ~ Khalifah ‘Umar
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. ~ Imam An Nawawi
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~ Khalifah ‘Umar
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya. ~ Johann Wolfgang von Goethe
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. ~ Johann Wolfgang von Goethe
Kearifan ditemukan hanya dalam kebenaran. ~ Johann Wolfgang von Goethe
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang. ~ Einstein
Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian. ~ Einstein
Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya; hidup dengan seluruh jiwa seseorang, dengan seluruh kebaikan dan kebajikan seseorang. ~ Einstein
Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya - langit bertaburkan bintang di atas dan alam semesta yang penuh hikmah di dalamnya. ~ Einstein
Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi perasaan rendah hati. ~ Einstein
Sungguh sedikit mereka yang melihat dengan mata mereka sendiri dan merasakan dengan hati mereka sendiri. ~ Einstein
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein
Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung. ~ Einstein
Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung. ~ Einstein
Benar, engkau adalah seorang raja penguasa dunia. Semua orang menunjukkan kesetiaannya padamu! Lalu bagaimana? Esok kamu akan di baringkan di kubur sebagai rumahmu. Dan dari segala arah, orang-orang akan melemparkan debu ketubuhmu menutupimu.
Walaupun engkau dijadikan raja penguasa dunia, engkau tidak akan lari dari kematian, dan meninggalkan dunia untuk para musuhmu walaupun hari ini wajahmu tersenyum, esok hal itu pasti akan membuatmu bersedih.
Aku melihat manusia datang kedunia lalu pergi jauh, Dunia dan harta selalu berpindah, dengan sayap-sayap yang sama untuk terbang.
Dunia tidak tetap dengan seorang yang hidup di mana pun, juga tidak ada seorang pun yang hidup selamanya menikmati kesenangannya, kematian dan penderitaannya bagaikan dua ekor kuda yang berlari cepat ke arah manusia, untuk menginjak-injak mereka dan melahap mereka.
Hai bodoh, yang terpedaya oleh daya tarik dunia! Pikirkanlah dan ambillah sesuatu (kebaikan) dari dunia ini untuk, menolongmu di akhirat.
Aku tersesat dalam kelalaian, sedang kematian bergerak kearahku, semakin lama semakin mendekat. Jika aku tidak mari hari ini, aku pasti mati esok.
Aku manjakan tubuhku dengan pakaian-pakaian halus dan mewah, sedikit berpikir bahwa itu akan membusuk dan hancur dalam kubur.
Aku bayangkan tubuhku remuk menjadi debu dalam lubang kubur, Di bawah gundukan tanah. Keindahan tubuhku akan berangsur-angsur hilang, sedikit demi sedikit berkurang hingga tinggallah kerangka, tanpa kulit dan daging.
Aku melihat detik-detik kehidupan lambat laun habis, namun keinginan-keinginanku masih belum terpenuhi. Suatu perjalanan panjang terbentang di hadapanku, sedangkan aku tiada bekal untuk jalan itu.
Aku menentang Tuhanku, melanggar perintah-perintah-Nya terang-terangan, sementara Ia mengawasiku setiap saat.
Aduh! Aku memperturutkan hatiku dalam perbuatan-perbuatan yang memalukan! Ah! Apapun yang telah terjadi tak dapat dihapuskan dan waktu bila telah berlalu tidak dapat ditarik kembali.
Ah! Aku berdosa secara rahasia, tidak pernah orang laun mengetahui dosa-dosaku yang mengerikan. Tetapi esok, rahasia dosa-dosaku ditampakan dan dipertunjukan kepada Tuhanku.
Ah! Aku berdosa terhadap-Nya, walaupun hati merasa takut, namun aku sangat mempercayai ampunan-Nya yang tak terbatas, aku ber-dosa dan tak tahu malu, dengan berani bergantung kepada ampunan-Nya yang tak terbatas.
Siapa lagi selain Dia, yang akan mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Ia patut bagi segala pujian! Seandainya tidak ada adzab setelah kematian. Tiada janji akan surga, tiada ancaman akan neraka. Kematian dan kebusukan cukup sebagai peringatan, agar kita menjauhi sia-sia. Namun akal kita bebal. Kita tidak mengambil peringatan apa pun. Sekarang tiada harapan lagi bagi kita, kecuali Yang Maha Pengampun mengampuni dosa-dosa kita, karna bila seorang hamba berbuat salah, hanyalah Tuhannya, tanpa seorangpun yang mengampuninya tak diragukan lagi aku adalah yang terburuk dari semua hamba-Nya.
Aku yang menghianati perjanjianku dengan Tuhanku yang dibuat di keabadian. Dan, adalah hamba yang cakap yang janji-janjinya tak berarti. Tuhanku, akan bagaimanakah nasibku, ketika api membakar tubuhku? Api yang melelehkan batu yang paling keras!
Ah! Aku sendiri ketika dibangkitkan dari kubur (tanpa seorangpun yang menolongku pada hari itu). Wahai Engkau, Yang Maha Esa yang tiada sekutu terhadap keagungan-Mu. Belas kasihanillah kesendirianku, karna ditinggalkan oleh segalanya.
Sungguh jalanan paling licin yang bahkan kaki ulamapun tergelincir di atasnya adalah ketamakan.
Tiada yang lebih baik dari dua kebaikan : Beriman pada Allah dan bermanfaat bagi manusia. Tiada yang lebih buruk dari dua kejahatan : Syirik pada Allah dan merugikan manusia.
Tiga tanda kesempurnaan iman : Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran. Kalau senang, senangnya tidak membawanya pada kebatilan. Ketika mampu membalas, ia memafkan.
Tertipulah yang melakukan tiga perkara : Membenarkan apa yang tak terjadi, mengandalkan orang yang tidak dipercaya, dan menghasratkan apa yang tak dimiliki.
Dengannya Allah kuburkan kedengkian; Dengannya Allah padamkan permusuhan; Melaluinya diikat persaudaraan; Yang hina dimulyakan. Yang tinggi direndahkan.
Berbagi rezeki dengan tulus, berbakti pada orang tua, berbuat baik pada sesama, mengubah duka menjadi bahagia dan menambah usia.
Semua ilmu ada pokok bahasannya. Pokok bahasan ilmu para Nabi adalah manusia… Mereka datang untuk mendidik manusia.
Orang paling baik adalah orang yang kita harapkan kebaikannya dan kita terlindung dari keburukannya.
Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.
Nabi ditanya bermanfaatkah kebajikan setelah dosa? Ia menjawab: Taubat membersihkan dosa, kebaikan menghapuskan keburukan.
Manusia Paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan.
Tiga manusia tidak akan dilawan kecuali oleh orang yang hina: orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya, orang cerdas cendikia dan imam yang adil.
Tiada musibah yang ,ebih besar daripada meremehkan dosa-odsamu dan merasa ridho dengan keadaan rohaniahmu sekarang ini.
Hati Adalah Ladang. Sesungguhnya setengah perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam, dan lebih panas daripada bara. Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, karna jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik), niscaya tumbuh sebahagiannya.
Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub kerana suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu. (Sayidina Abu bakar)
Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan iaitu: Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna (Sayidina Abu Bakar)
Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki. (Sayidina Umar bin Khattab)
Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. (Sayidina Umar bin Khattab)
Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima? (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)
Tiada solat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu’. Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia. Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur’an tanpa mengambil pangajaran daripadanya. Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara’. Tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi. Nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki. Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak wara’, sedang orang yang tidak wara’ itu bererti hatinya mati. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)
Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah: Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa). Segala perkara dihadapaiya dengan sabar dan tabah. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. (Sayidina Utshman bin Affan)Kirim Saranya!



Berjalan di atas angin....
mereguk cinta menambat asa...
lalui hidup dengan cinta dan kerinduan...
Allahu Ghoyatuna...

Kamis, 19 Februari 2009

Mutiara Subuh ......


Mutiara Shubuh : Rabu, 08/09/99 (27 Jumadil Awal 1420H)
Keutamaan ber”siwak” sebelum berwudhu
Nabi saw bersabda: "Bila tidak memberatkan bagi ummatku, aku akan mewajibkan mereka untuk bersiwak (gosok gigi) sebelum mereka berwudhu" (Hadish Riwayat Abu Hurairah), dari sabda Nabi ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa menggosok gigi (bersiwak) sebelum berwudhu sangatlah dianjurkan oleh Nabi.

Mutiara Shubuh : Kamis, 09/09/99 (28 Jumadil Awal 1420H)
Membaca “Allahumma Ajjirna minannar” setelah shalat
Dari al-Harists bin Muslim at-Tamimi ra, ia berkata: Nabi saw bersabda kepadaku: "Apabila kamu selesai shalat shubuh maka ucapkanlah sebelum berbicara "Allahumma ajirni minannar (ya Allah, lindungilah aku dari api neraka)" tujuh kali;karena sesungguhnya jika kamu meninggal pada harimu itu niscaya Allah menulis bagimu perlindungan dari api neraka, dan apabila kamu selesai shalat maghrib maka ucapkanlah sebelum berbicara "Allahumma ajirni minannar (ya Allah, lindungilah aku dari api neraka)" tujuh kali;karena sesungguhnya jika kamu meninggal pada malammu itu niscaya Allah menulis bagimu perlindungan dari api neraka" (HR Nasa'i dan Abu Dawud dari al Harist bin Muslim)
Note: Bagaimana kalau ini selalu kita baca setiap sehabis shalat, Insya Allah mungkin kita akan selalu dilindungi oleh Allah dari api neraka ......amien....

Mutiara Shubuh : Jum’at, 10/09/99 (29 Jumadil Awal 1420H)
Rukun Islam (5 hal)
Dalam salah satu hadish menyatakan, belum lengkap islamnya seseorang jika belum melakukan lima kewajiban ini, yaitu shahadat, shalat, shaum, zakat dan hajji", walaupun dua yang terakhir itu dibatasi dengan kemampuan masing-masing individu. Tetapi setidak-tidaknya ada niat dan tekad untuk mewujudkan keduanya (zakat dan hajji).

Mutiara Shubuh : Senin, 13/09/99 (2 Jumadil Akhir 1420H)
Menggemarkan akan kebersihan
Disalah satu hadish menyatakan bahwa Nabi saw melakukan shalat malam (tahajjud) dua raka'at demi dua raka'at dan diantaranya itu Nabi saw bersiwak (membersihkan gigi dengan kayu siwak yang adanya di Arab sana, tetapi intinya adalah membersihkan giginya) dan sementara itu di hadish lain juga menyatakan bahwa Nabi melakukan ini (bersiwak) sebelum beliau memasuki rumah dan menemui istri beliau.
Disini terlihat bahwa bagaimana Nabi saw mengajarkan tentang pentingnya kebersihan yang pada hadish diatas adalah salah satunya membersihkan gigi.

Mutiara Shubuh : Selasa, 14/09/99 (3 Jumadil Akhir 1420H)
Menyempurnakan wudhu’ dan berdo’a setelahnya
Dari salah satu hadish shahih yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah :
Dari Umar bin Khaththab ra dari Nabi saw, ia bersabda: "Tidaklah salah seorang diantara kalian berwudhu' kemudian menyempurnakan wudhu' nya lalu mengucapkan (do'a) : Asyhadu Allahilaha illallah wahdahu laa syarikalah, wa-asyhaduanna muhammadan 'abduhu wa rasuluh (Aku bersaksi tiada tuhan selain allah dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya)", melainkan dibukakan baginya pintu-pintu sorga yang delapan, ia bisa masuk dimana saja ia suka"
Dalam riwayat dua perawi terakhir disebutkan dengan redaksi: "Kemudian membaguskan wudhu'" dan Abu Dawud menambahkan: "Kemudian mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a"
Dari hadish diatas dapat ambil intinya adalah keutamaan menyempurnakan wudhu' dan mengucapkan do'a setelah berwudhu'

Mutiara Shubuh : Rabu, 15/09/99 (4 Jumadil Akhir 1420H)
Himbauan untuk menyempurnakan wudhu’
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw melihat seorang lelaki yang tidak membasuh kedua tumitnya lalu Nabi saw bersabda: " Celaka bagi tumit-tumit itu dari api neraka".
Ada dua penafsiran dari kata "tidak kedua membasuh tumitnya" ini:
1. Membasuh kaki dengan mengalirkan air dari bagian atas kaki sehingga tumitnya tidak basah.
2. Membasuh kaki dengan hanya mengalirkan air di kaki termasuk tumit tapi dengan tidak menggosoknya.
Dari kedua penafsiran diatas alhamdulillah mungkin kita tidak melalukan hal yang pertama, tetapi dengan mengosok semua kaki waktu berwudhu (termasuk tumit yang sering kotor ketika kita berjalan) insya Allah kita akan terhindar dari kemungkinan penafsiran kedua dan juga terhindar dari api neraka sebagaimana yang diperingatkan Nabi saw pada hadish diatas.
Insya Allah dengan mengetahui hadish diatas kita dapat lebih menyempurnakan wudhu kita.

Mutiara Shubuh : Kamis, 16/09/99 (5 Jumadil Akhir 1420H)
Menggemarkan untuk selalu berwudhu’
Dalam salah satu hadish Nabi saw dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
Disa'at Isra' & Mi'raj, Nabi saw mendengar kedua alas kaki Bilal bin Raba' melangkah ke sorga di depan mendahului beliau. Maka ketika ketemu Bilal, Nabi saw bertanya kepada Bilal tentang amalan apa yang dikerjakan Bilal yang paling banyak pahalanya sehingga dia mendahului Nabi saw ke sorga. Bilal menjawab bahwa beliau tidak punya amalan khusus yang beliau harapkan banyak pahalanya selain bahwa dia tidak hanya bersuci (berwudhu') untuk shalat atau dengan kata lain beliau selalu dalam keadaan berwhudu' (suci) sepanjang hari.
Note: Amalan diatas juga dilakukan oleh Luqman Al-Hakim (seorang muslim yang shaleh yang namanya diabadikan sebagai salah satu nama surat di dalam Al-Qur'an). Tetapi memang kalau kita tela'ah lebih dalam dengan selalu menggemarkan berwudhu' (bersuci) setiap sa'at setidaknya menjadi motivasi dalam diri kita untuk tidak melakukan hal yang bathil karena mengingat kesucian karena kita dalam keaadaan sedang berwudhu'. Insya Allah amalan ini dalat kita lakukan sehingga menjadikan kita untuk selalu dalam keadaan suci dan jauh dari yang bathil dan tentunya dapat menyusul jejak Bilal bin Raba'.
Amien.....ya rabbal alamin........

Mutiara Shubuh : Jum’at, 17/09/99 (6 Jumadil Akhir 1420H)
Anjuran shalat sunnah atau wajib setelah berwudhu’
Hadish shahih yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah: Dari 'Uqbah bin Amir ra yang menyampaikan sabda Nabi saw bahwa bagi seseorang yang berwudhu' dan membaguskan wudhu'nya dan kemudian shalat dengan sepenuh hati dan wajahnya dipastikan oleh Nabi saw akan mendapatkan ganjaran sorga baginya.
Note : Semoga kita telah melakukan wudhu' kita dengan baik sesuai sunnah Nabi saw dan juga kita melaksanakan shalat yang khusu' setelah itu (apakah itu shalat sunnah atau wajib) dan Insya Allah kita diberikan ganjaran seperti yang di janjikan oleh Allah swt melalui Nabi-Nya diatas.
....amien....

Mutiara Shubuh : Senin, 20/09/99 (9 Jumadil Akhir 1420H)
Tata cara berwudhu’
Pada "Mutiara Shubuh" yang lalu dalam hadishnya Nabi saw menjanjikan syurga bagi yang menyempurnakan whudu' dan shalat dua raka'at sesudahnya, bahasan hadish kali ini dilain hadishnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Nabi saw menyatakan ampunan dosa bagi orang yang melakukannya. Ringkasan dari hadish tersebut sbb:
Ketika Humrah Maula 'Ustman bin Affan ra (putra 'Ustman bin Affan ra) melihat ayahnya berwhudu' dengan mencuci tanganya, kumur-kumur, mencuci hidung dneganmemasukkan air ke hidung, mencuci muka, mencuci tangan sampai ke siku dan mencuci kaki, semua dilakukan tiga kali (dengan sempurna) dan kemudian 'Utsman berkata: "Aku melihat Rasulullah saw berwhudu' seperti whudu'-ku ini", dan kemudian beliau bersabda, "Barangsiapa berwhudu' seperti whudu'-ku ini kemudian shalat dua raka'at dengan khusyu', maka diampuni dosanya yang telah lalu"

Mutiara Shubuh : Selasa, 21/09/99 (10 Jumadil Akhir 1420H)
Menggemarkan adzan dan shalat berjama’ah di masjid
Kali ini yang dibahas adalah hadist yang berkaitan dengan penunaian ibadah shalat dan ibadah-ibadah lain yang berhubungan dengan ibadah shalat. Dalam salah satu hadist Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sbb:
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: "Sekiranya manusia mengetahui keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian kemudian tidak mendapati kecuali harus melakukan undian untuk mendapatkannya niscaya mereka melakukan undian, dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan bersegera melaksanakan shalat niscaya mereka berlomba kepadanya, dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan shalat Isya' dan Shubuh niscaya mereka datang kepadanya seklipun dengan merangkak"
Note: Dari Hadist Shahih diatas dapat kita tarik intinya adalah bahwa:
- Mengumandangkan adzan
- Shalat berjama'ah pada syaf yang pertama
- Menyegerakan melaksanakan shalat
- Shalat Isya' dan Shubuh berjama'ah di masjid
merupakan ibadah-ibadah yang banyak sekali keutamaannya. Sehingga dalam hadish tersebut sampai diungkapkan bahwa jika orang tahu keutamaan tersebut maka orang-orang tersebut akan berebut mendapatkannya bahkan sampai dengan melakukannya dengan undian dan juga sampai-sampai dengan merangkakpun mereka akan berusaha melakukannya. Insya' Allah kita diberi keteguhan iman dalam melakukan ibadah-ibadah tersebut diatas dan sehingga kita mendapatkan keutamaan-keutamaannya. Amien ya rabbal alamin..........

Mutiara Shubuh : Rabu, 22/09/99 (11 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan yang menyampaikan adzan (muadzdzin) - I
Hadish shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahih, Thabrani sbb:
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: "Diampuni bagi mu'adzdzin sejauh (gema suara) adzannya dan dimintakan ampunan untuknya oleh setiap benda basah dan kering yang mendengarnya" dihadish lain dinyatakan "semua yang mendengarkannya akn menjadi saksi baginya di hari akhirat"
Note: Nach .. kalau mau minta ampunan dosa maka rajin-rajin lah ke masjid dan datang lebih awal untuk menjadi mu'adzdzin, Insya Allah dosa-dosa nya akan dapat ampunan dan berangsur-angsur bersih....

Mutiara Shubuh : Kamis, 23/09/99 (12 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan yang menyampaikan adzan (muadzdzin) - II
Masih berbicara tentang keutamaan menyampaikan adzan, didalam hadish lain dari Abu Hurairah ra yang mengemukakan sabda Rasullullah saw bahwa Imam itu adalah penjamin bagi shalat para ma'mumnya dan muadzdzin adalah pemegang amanat dalam mengawal waktu-waktu shalat, dan kemudian Rasulullah saw berdo'a untuk mereka: "Ya Allah tunjukilah para imam dan ampunilah para muadzdzin" (Hadish shahih ini diriwayatkan oleh Abu dawud, Turmudzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban didalam shahih-nya Ahmad meriwayatkannya dari hadish Abu Umamah dengan sanad hasan).

Mutiara Shubuh : Jum’at, 24/09/99 (13 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan untuk ber-adzan setiap sebelum shalat
Masih berbicara masalah adzan, dalam salah satu hadish shahihnya dari Abu Hurairah ra Rasullullah saw bersabda bahwa apabila dikumandangkan adzan untuk shalat maka syetan lari terbirit-birit seraya mengeluarkan kentut agar tidak mendengar adzan dan datang lagi setelah adzan selesai dan kemudian lari lagi ketika mendengar iqamat dan kemudian datang lagi setelahnya untuk menggoda konsentrasi orang yang sedang shalat sehingga mereka menjadi lupa atau tidak mengetahui berapa (raka'at) shalatnya (Riwayat Malik, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i)
Note: Sepertinya kita dianjurkan untuk adzan atau iqamat sebelum melakukan shalat wajib walaupun itu kita kerjakan dirumah atau ditempat lain selain masjid, dengan harapan semoga syetan akan menjauh dari tempat sekitar shalat kita sehingga dia tidak mengganggu kekhusu'an shalat kita. Disamping itu Insya Allah kita mendapatkan ampunan yang dijanjikan Allah lewat hadish Rasullullah sebagaimana yang kita bahas dalam "Mutiara Shubuh" yang lalu.....amien..........

Mutiara Shubuh : Senin, 27/09/99 (16 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan membaca “A’udzubillah” untuk mengusir syeitan
Kali ini kita masih melanjutkan bahasan tentang hadish shahih yang menyatakan ketakutan syetan akan adzan dan usaha-usahanya yang selalu mengganggu konsentrasi kita diwaktu shalat. Untuk itu marilah kita mengusir syetan dari hati kita dengan banyak-banyak berdzikir dan khususnya diwaktu shalat setidaknya kita meminta perlindungan Allah dari godaan syetan dengan membaca:"A'udzubillahi minassyaithonirrajiim (Aku berlindung dengan Allah dari godaan syetan yang terkutuk) ketika akan membaca Al-Fathihah dan sebelum membaca surah di setiap raka'atnya. Semoga kita selalu dilindungi Allah dari godaan syetan yang senantiasa membisikkan kata-kata sehingga membuat kita lupa pada Allah...amien...

Mutiara Shubuh : Selasa, 28/09/99 (17 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan meyimak adzan dan menjawabnya
Dalam salah satu hadish shahih Rasullullah saw yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawaud dan Nasa'i yang intinya bahwa Umar bin Kattab ra mendengar Rasullullah saw bersabda, apabila mu'adzdzin mengumandangkan adzan hendaklah kita menjawab adzan itu dengan seksama dari lubuk hati yang dalam, dan barang siapa melakukan hal ini Insya Allah dia akan masuk syurga. Dan dalam riwayat Rasullulah lainnya mengatakan bahwa beliau sangat gembira sekali jika adzan akan dikumandangkan oleh Bilal bin Raba' dan beliau juga meminta kepada Bilal untuk mengumandangkannya semerdu mungkin.
Note: Jika kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari sa'at ini, kita telah sengaja atau tidak sengaja mengacuhkan panggilan Allah ini (adzan). Jangan kan menjawabnya untuk mendengar-kannya kita merasa tidak punya waktu dan bahkan dengan tidak sengaja atau disengaja justru kita berbicara, menonton teve, mendengar radio, tape dsb. selama adzan dikumandangkan dan yang lebih ekstrim lagi kita justru membesarkan volumenya seolah-olah kita terganggu dengan seruan adzan tersebut. Astaghfirullah al-adzim, Ya Allah ampunilah kami.. Marilah mulai sa'at ini kita jadikan adzan itu sebagai nada musikal yang paling merdu dan yang sangat kita tunggu-tunggu di setiap waktu shalat dan bersungguh-sungguh untuk menjawabnya. Semoga Allah mengampuni kita dan menggantikannya dengan ganjaran syurga seperti yang telah dijanjikan Rasul-Nya tersebut. Berbahagialah orang yang mempunyai rumah yang dekat dengan masjid yang senantiasa mendengar alunan nada merdu yang dikumandangkan oleh para muadzdzin dari masjid. Dan bagi kita yang jauh dari mesid dan juga karena jarangnya masjid dan sudah barang tentu jarang sekali mendengar adzan, tetapi jika hati kita selalu di masjid dan Insya Allah hati kita pun akan dengan sendirinya menyenandungkan adzan-adzan tersebut.



Berjalan di atas angin....
mereguk cinta menambat asa...
lalui hidup dengan cinta dan kerinduan...
Allahu Ghoyatuna...

Akhwat Sejati......


Suatu ketika, seorang santri putra bertanya pada Ustadznya: Ya Ustadz, Ceritakan Kepadaku Tentang Akhwat Sejati…
Sang Ustadz pun tersenyum dan menjawab…Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar jilbabnya yang lebar, tetapi dari bagaimana ia menjaga pandangan mata (ghudhul bashar), sikap, akhlak, kehormatan dan kemurnian islamnya….
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kelembutan suaranya, tetapi dari lantangnya ia mengatakan kebenaran di hadapan laki2 bukan mahramnya…..
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya dengan anak2nya, keluarga dekatnya, para jama’ah, para tetangga dan orang2 di sekitarnya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat ia bekerja tetapi bagaimana ia dihormati di dalam rumah tangganya…
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia pintar berhias dan memasak masakan yang enak2, tapi bagaimana ia bisa faham dan mengerti selera dan variasi makan suami dan anak2nya yang sebenarnya tidak rewel, pintar mengatur cash flow finansial keluarga, mengerti bagaimana berpenampilan menarik di hadapan suami dan selalu merasa cukup (qonaah) dengan segala pemberian dari sang suami di saat lapang maupun di saat sempit.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang cantik, tetapi dari bagaimana ia bermurah senyum dan sejuk jika dilihat di hadapan suaminya dengan sepenuh hati tanpa dibuat2/dipaksakan.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang mencoba berta’aruf kepadanya, tetapi dari komitmennya untuk mengatakan bahwa sesungguhnya “Tidak ada kata “CINTA sebelum menikah.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari gelar sabuk hitam dalam olahraga beladirinya, tetapi dari sabarnya ia menghadapi lika-liku kehidupan…

Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar banyaknya ia menghafal Al-Quran, tetapi dari pemahaman ia atas apa yang ia baca/hafal untuk kemudian ia amalkan dalam kehidupan sehari2.
….setelah itu, Si Murid kembali bertanya…
“Adakah Akhwat yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ya Ustadz ?”
Sang Ustadz kembali tersenyum dan berkata: “Akhwat seperti itu ada, tapi langka.
Sekalipun ada, biasanya ia memiliki karakter khas antara lain; Sangat mencintai Allah dan RasulNya melebihi apapun, tidak lepas dari dunia da’wah (minimal di lingkungan sekitar tempat tinggalnya), hidup berjamaah tapi tidak dikenal ‘ashobiyah, tidak ingin dikenal-kecuali diminta/didesak oleh jama’ah (masyarakat), dari keturunan orang2 yang shalih/shalihat, berasal dari lingkungan yang sangat terpelihara, punya amalan ibadah harian, mingguan dan bulanan di atas rata2 orang kebanyakan, hidupnya sederhana namun tetap menarik dan bermanfaat buat orang lain, dikenal sebagai tetangga yang baik hati, sangat berbakti terhadap orang tua, sangat hormat kepada yang lebih tua dan sangat sayang terhadap yang lebih muda, sangat disiplin dengan sholat fardunya, rajin shaum sunnah dan qiyamullail & atau bisa jadi amalan ibadah terbaiknya disembunyikan dari mata orang2 yang mengenalnya, rajin memperbaiki istighfarnya (taubatan nashuha), rajin mendoakan saudara2nya terutama yang sedang dalam keadaan kesulitan atau sedang terdzolimi secara terang2an/tersembunyi, rajin bersilaturahim, rajin menuntut ilmu-mengaji- (terutama yang syar’i)/minimal rajin hadir di majlis ilmu dan mendengarkannya, senantiasa menambah/memperbaiki ilmunya dan menyampaikan semua ilmu yang ia ketahui setelah terlebih dahulu ia mengamalkannya, rajin membaca/menghafal alqur’an atau hadits dan buku2 yang bermanfaat, pintar/kuat hafalannya, sangat selektif soal makanan/minuman yang ia konsumsi, sangat perhatian terhadap kebersihan dan sangat disiplin sekali soal thaharah, sangat terjaga dari soal2 ikhtilat apalagi berkhalwat, jauh dari gosip-menggosip, lisan dan semua perbuatannya senantiasa terjaga dari hal2 yang sia2, zuhud, istiqomah, tegar, tidak takut/bersedih hati hingga berlarut2 melainkan sebentar (wajar), pandai menghibur dan pandai menutupi aib/kekurangan dirinya dan orang2 yang ia kenal, mudah memaafkan kesalahan/kekeliruan orang lain tanpa diminta dan tanpa dendam, ringan tangan untuk membantu sesama, mudah berinfak (bershadaqah), ikhlas, jauh dari riya, ujub, muhabahat, takabur dan tidak emosional, cukup sensitif tapi tidak terlalu sensitif (tidak mudah tersinggung), selalu berbuat ihsan dan muraqobatullah (selalu merasa dekat dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT baik di saat ramai maupun di saat sendirian), selalu berhusnudzon kepada setiap orang, benar2 berkarakter jujur (shiddiiq), amanah dan selalu menyampaikan yang haq dengan caranya yang terbaik (tabligh), pantang mengeluh/berkeluh kesah, sangat dewasa dalam menyikapi problematika kehidupan, mandiri, selalu optimis, terlihat selalu gembira dan menentramkan, hari2nya tidak lepas dari perhitungan (muhasabah) bahwa hari ini selalu ia usahakan lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini, dan senantiasa pandai bersyukur atas segala ni’mat (takdir baik) serta senantiasa sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan (takdir buruk) dalam segala keadaan. Kapan pun dan di manapun..
Si Murid rupa2nya masih penasaran, dan bertanya kembali kepada Sang Ustadz. “Ya Ustadz, adakah cara yang paling mudah untuk mendapatkannya? atau minimal bisa mendapatkan seorang Akhwat yang mendekati profil Akhwat Sejati??
Sang Ustadz pun dengan bijak segera menjawabnya: “Ada, jika antum ingin mendapatkan Akhwat Sejati nan benar2 Shalihat sebagai teman hidup maka SHALIHKAN DAHULU DIRI ANTUM…!! karena InsyaAllah Akhwat yang shalihat adalah pada dasarnya juga untuk Ikhwan yang shaalih…
Amiin, Wallahu a’lam bishawab.


Berjalan di atas angin....
mereguk cinta menambat asa...
lalui hidup dengan cinta dan kerinduan...
Allahu Ghoyatuna...

Cintaku.....


cintaku...
aku tak tahu..
mengapa tiba-tiba
malam ini kumerasa syahdu..
di penghujung malam
menanti fajar..

kalau memang kisah itu..
dan kisah-kisah yang lainya
adalah terukir untuk kita
maka kuberharap
esok kan kita bawa
semua kisah yang kita lalui bersama
menjadi kenangan nostalgia
di percakapan cinta
di atas dipan-dipan syurga...

cintaku...
kusadar..
waktuku dan waktumu
dan waktu yang kan kita lalui bersama
adalah waktu-waktu yang Allah karuniakan
tuk kita warnai dengan warna perjuangan

kuyakin cintaku
esok yang kan kita temui
tidaklah seindah yang kita bayangkan
disana memang ada bahagia
namun jangan pulau dikau lupakan duka
yang pasti kan menyapa kita
duri-duri ujian
dan sedikit kekhawatiran
kan mewarnai sejarah kita

namun..
semua akan terasa mudah
jika di dalam hati kita
bersemayam rasa cinta
bukan sekedar antara kau dan aku
namun cinta karena Rabbku dan Rabbmu
yang kan mengikat hati-hati kita

ah...
masih terasa jauh memang
perjalanan yang kan ditempuh
terasa berat memang
beban yang kan dipikul
uhh.....
terasa menyesakan memang
rasa yang kan menghimpit
iringi masalah yang kan tiada henti
tapi...
inilah hidup
rangkaian kisah
pilu dan cinta
dan segala romantikanya

disinilah asa bertemu cinta
disinilah cinta bertemu kata
dan kata bertemu rasa

pada setiap pandanganku
atau pandanganmu
atau pandangan kita semua
mari kita sisakan
atau mungkin kita kuatkan
atau mungkin kita tetapkan
dalam sebuah kata
"PANDANGAN CINTA"
dalam balutan Ridho dan keikhlasan
karenaNya

akhirmya wahai cintaku..
mari kita berjalan
menuju syurga yang dijanjikan
mari kita rangkaikan
kisah-kisah melegenda
yang esok layak tuk dibanggakan
dihadapan Sang Maha Rahman

kututup malam ini
dengan sebuah renungan
semoga hariku dan harimu
dan hari-hari kita semua
adalah hari-hari yang diberkahi
dan hari-hari yang dimuliakan

Yang mencintaimu....

Berjalan di atas angin....
mereguk cinta menambat asa...
lalui hidup dengan cinta dan kerinduan...
Allahu Ghoyatuna...

Rabu, 18 Februari 2009

Malam ini...


malam ini...
kan kututup hari..
dengan senyum berseri...

alhamdulillah..
hari ini Allah mempermudah..
setidaknya hati tak lagi gundah...

sore tadi si canon dah sembuh
meski harus dioperasi dulu
dengan biaya yang tak sedikit

namun..
bagiku yang penting dia sehat...
agar ia dapat membantuku
selesaikan amanah
tuntaskan persiapan tuk hari besar

malam ini
kulalui hari bersama adik-adik
ada kebahagiaan tersendiri
kala diri bersama mereka

melihat cinta
mendengar tawa
dan tatapan akan masa depan
optimisme yang selalu terlahirkan
dari wajah-wajah nan teduh

kupaksa mereka
menambahkan
sedikit hafalan qur'an
agar hidupnya makin bermakna
dan harinya makin bercahaya
Berjalan di atas angin....
mereguk cinta menambat asa...
lalui hidup dengan cinta dan kerinduan...
Allahu Ghoyatuna...

Senin, 16 Februari 2009

air mata (dari FBnya ukhti wawa)


Pernah menangis? Pasti pernah ya, paling tidak sekali seumur hidup kita pasti menangis, yaitu saat dilahirkan. Saat itu uraian tetesan air di sudut mata menjadi kebahagiaan orang-orang yang mengasihi kita. Lalu, apakah air mata itu identik dengan kelemahan, bahkan kecengengan? Mungkin iya, tapi mungkin juga tidak. Air mata bisa juga menjadi berharga atau malah tidak berharga lho.
Seseorang lelaki yang sesenggukan karena kekasihnya telah pergi meninggalkan dirinya, bisa jadi air mata saat itu tidak berharga sama sekali. Demikian juga uraian air mata seorang wanita yang 'mengorbankan harga dirinya' kepada Arjuna, Sang Pemetik Cinta, justru pada saat cinta mereka sebenarnya belum diikat dengan ikatan suci, maka saat itu air mata hanyalah kesia-siaan.
Namun air mata juga bisa menjadi sangat berharga, bahkan sangat berharga. Di dunia, sebagai contoh, air mata bisa menjadi tema tulisan yang laku dijual dan menjadi tema yang tak pernah henti-hentinya mengalir ke benak banyak penulis.
Pernah tahu buku-buku yang pernah laris di Jepang? Di antara buku-buku terlaris itu adalah "Gotan Fumanzoku", karya autobiografis Hirotada Ototake, seorang pria yang lahir tanpa kaki dan tangan namun tetap bersemangat dalam hidupnya, menamatkan studinya di Universitas Waseda dan pernah menjadi presenter berita olahraga di televisi.
Ada pula buku yang lain, yaitu "Dakara Anata mo Ikinuite", sebuah autobiografi Mitsuyo Ohira, seorang wanita yang menjadi sasaran olok-olok ketika duduk di sekolah menengah. Ohira san pernah mencoba bunuh diri ketika remaja, menikah dengan seorang gangster pada usia enam belas tahun, bercerai, namun kemudian berhasil bangkit dari masa lalunya dan kini menjadi pengacara. Kisah-kisah haru seperti ini dan menguras air mata juga banyak diminati masyarakat pembaca di Jepang.
Air mata memang ibarat hujan yang jatuh dari langit pada lahan hati yang tandus, gersang dan kering kerontang. Ia bisa melunakkan hati dan jiwa yang keras membatu, perlahan lunak dan menjadi peka terhadap lingkungan sosial.
Dalam Islam, air mata sangat berharga nilainya saat penyesalan, kerinduan pada manusia-manusia yang tawadhu'. Menyiram kegersangan taman hati dan jiwa, serta qalbu yang gersang dengan berbagai nista hingga perlahan pupus, bagaikan debu-debu yang hanyut terbawa arus oleh butiran-butiran do'a yang dimunajatkan kepada-Nya.
Mahal... sungguh sangat mahal harganya tetesan air mata yang mengalir saat khusuk menghadap-Nya, bahkan salah satu dari dua tetesan yang disukai Rasulullah SAW adalah air mata yang mengalir karena rasa takut dan rindu kepada Allah SWT. Beliau, kekasih Allah, merengguk, menumpahkan air mata karena penuh harap untuk berjumpa dengan-Nya. Abu Bakar ash-Shidiq r.a. pun senantiasa sesegukan ketika menegakkan sholat.
Seorang mujahid serta sekaligus mujaddid yang pernah hidup di dunia ini, Hasan al Banna juga pernah menguraikan air matanya karena memikirkan ummat ini. Betapa sang mujahid menginginkan agar ummat mengetahui bahwa mereka lebih dicintai daripada dirinya sendiri, sesaat pun kami tidak akan pernah menjadi musuh kalian. Betapa bangganya beliau ketika jiwa-jiwa ini gugur sebagai penebus kehormatan mereka, atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita Islam. Rasa cinta yang mengharu-biru hati, menguasai perasaan bahkan mencabut rasa ngantuk di pelupuk mata hingga membuat beliau memeras air matanya. Air mata yang mengalir karena menyaksikan bencana yang mencabik-cabik ummat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan serta pasrah pada keputusasaan.
Lalu, bagaimanakah dengan kita? Takkala kita lahir menangis, namun orang-orang di sekeliling kita tertawa bahagia karena menyambut kelahiran kita. Namun orang-orang yang kita tinggalkan menangis pilu saat kita tutup usia, saat itu apakah kita juga turut menangis ataukah tertawa bahagia karena akan berjumpa dengan Allah SWT? Adakah amal kita lebih banyak dari dosa yang kita lakukan selama hidup di dunia yang singkat ini? Adakah prestasi kita hanya lahir, hidup, mati, kemudian dilupakan orang, bahkan oleh orang-orang terdekat kita? Lalu setelah itu pasrah, rebah di bantalan tanah, cemas menanti pengadilan akhir yang pasti tiba.
Ya akhi wa ukhti fillah, Semoga Allah SWT menjadikan air mata yang jatuh di sudut-sudut mata kita adalah air mata yang berharga dipandangan-Nya, hingga dapat membersihkan hati yang pekat ini untuk mudah disusupi cahaya Ilahi Rabbi. Semoga air mata ini kelak tidak menjadi tetesan darah karena letihnya kita berteriak dan mengetuk pintu surga yang telah tertutup rapat setelah pengadilan itu nanti.
Sungguh, tetesan air mata di dunia ini adalah lebih baik bagi kita ketimbang menangis di akhirat nanti, menangislah sebelum datang hari dimana kita semua akan ditangisi, karena itu pasti terjadi.
Ya Allah, yang manusia harus takuti Angkatlah kami dari lembah maksiat Sampai kami keluar dari dunia Tak bawa beban walau sebesar zarah [Air Mata: from Izzatul Islam]
Wallahu alam bi showab,

Taujih diri hari ini...semoga jadi taujih yang bisa terus mengingatkan diriku dan qta semua....

Nasyid Islam, bid’ah dan haram? Benarkah?


Nasyid Islam, bid’ah dan haram? Benarkah?
(Diringkas Farid Nu’man dari kitab Fiqhul Ghina wal Musiqy karya Dr, Yusuf al Qaradhawy, cet 1, 2001M, Maktabah Wahbah, dan sumber-sumberlainnya)

Imam Ibnu Jama’ah mengatakan masalah lagu dan musik, para ulama terbagi menjadi delapan pendapat (Az Zubaidy, Al ittihaf syarah al Ihya, VII/7) Bahkan Imam Ibnu Hajar al Haitsami menyebutkan ada sebelas pendapat para ulama.(Ibnu Hajar al Haitsami, Kaffur Ri’a ’an Muharramat al lahwy was Sima’, II/277-278). Dalam Kitab Ar Rasail Libni Hazm, disebutkan demikian:
كثر القول في الغناء، وقد لخص ابن الجوزي المواقف المختلفة منه بقوله: " تكلم الناس في الغناء فأطالوا، فمنهم من حرمه، ومنهم من أباحه من غير كراهة، ومنهم من كرهه مع الإباحة "
Telah banyak pendapat tentang nyanyian, Ibnul Jauzi telah menyimpulkan perbedaan sikap terhadap nyanyian itu, demikian: “Manusia telah membicarakan nyanyian sejak lama, di antara mereka ada yang mengharamkannya, dan di antara mereka ada yang membolehkannya tanpa membencinya sama sekali, dan di antara mereka ada yang memakruhkannya.” (Imam Ibnu Hazm, Muqaddimah Bab Risalah fil Ghina, Juz. 1, Hal. 419. Al Maktabah Asy Syamilah)
Dalam kitab tersebut Imam Ibnu Hazm membantah argumen kelompok yang mengharamkan nyanyian, di antaranya:
1. Hadits dari ‘Aisyah: “Sesungguhnya Allah mengharamkan wanita (budak) penyanyi, menjualnya, memberinya harga, dan mengajarinya.” Imam Ibnu Hazm menolak hadits ini sebab dalam rawinya terdapat Said bin Abi Razin yang meriwayatkan dari saudaranya, dia itu tidak dikenal biografinya, apa yang dikatakan Ibnu Hazm ini didukung oleh Imam Adz Dzahabii (Mizanul I’tidal, 2/136), Imam Ibnu Hajar (Lisanul Mizan, 3/29)
2. Hadits dari Ali: “Jika umatku melakukan lima belas perkara, maka mereka telah menghalalkan azab Allah Ta’ala …. Di antaranya adalah Al Ma’azif (alat-alat musik).” Ali bin Abi Thalib memarfu’kan hadits ini kepada Rasulullah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ahmad bin Khalid, dia berkata, berkata kepada kami Abu Taubah, berkata kepada kami Faraja bin Fadhalah, dari Yahya bin Said al Anshary, dari Muhammad bin Ali, dari Ali bin Abi Thalib ..( disebut hadits di atas). Imam Abdurrahman bin Mahdi berkata tentang Faraja bin Fadhalah: “Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Faraja bin Fadhalah, dari Yahya bin Said al Anshary, adalah munkar dan terbalik (maqlubah)”. Imam Yahya bin Ma’in ditanya tentang Faraja bin Fadhalah, dia menjawab: “Dia dhaif.” (Al Majruhin, Juz. 2, Hal. 206. Al Maktabah Asy Syamilah). Dalam Taqribut tahdzib, Juz. 2, hal. 8, juga dinyatakan dhaif. Imam Al Hakim berkata tentang Faraja bin Fadhalah: “Beliau dengan segala kebesarannya, jika dia haditsnya menyendiri, maka tidak diterima karena hafalannya yang buruk.” (Tahdzibut Tahdzib, Juz. 1, Hal. 283). Imam Ibnu al Madini berkata: “Dia itu pertengahan dan tidak kuat.” Bukhari dan Muslim berkata: “Munkarul hadits.” An Nasa’i berkata: “Dhaif.” (Tahdzibut Tahdzib, Juz.8, Hal. 235). Imam Abu Hatim berkata: “Munkarul hadits, hadits yang diriwayatkannya tidaklah tegak.” (Tahdzibul kamal, Juz. 16, Hal. 468). Nah, jelaslah kedhaifan hadits tersebut.
3. Hadits: “Rasulullah melarang sembilan hal (diantaranya adalah nyanyian).” Imam Ibnu Hazm menolak hadits ini karena diriwayatkan oleh seorang bernama “Kaisan”, seseorang yang dia tidak mengetahui kepribadiannya, dan dalam sanadnya ada Muhammad bin Muhajir dan dia dhaif. Hanya saja Ibnu Hazm tidak membahas lebih lanjut, Muhammad bin Muhajir yang mana yang dimaksudkannya, padahal perawi yang bernama Muhammad bin Muhajir ada enam orang.
4. Hadits dari Ibnu Mas’ud: “Nyanyian dapat menumbuhkan nifaq di hati.” Menurut Ibnu hazm hadits ini munqathi’ (terputus). Diriwayatkan oleh Salam dari seorang Syaikh, dari Ibnu Mas’ud (lalu disebut ucapan di atas). Syaikh ini majhul (tidak dikenal).
5. Hadits Abu Umamah, tentang pengharaman mengajarkan wanita (budak) penyanyi, membelinya atau menjualnya. Hadits ini diriwayatkan oleh Ismail bin ‘Ayyasy, dan dia dhaif. (Lihat semua dalam Ar Rasail Libni Hazm, Bab Risalah Fil Ghina, Juz. 1, Hal. 421-423)
Alangkah baiknya pihak yang mengharamkan lagu dan musik tabuhan, mau jujur mengakui, bahwa tidak ada kesepakatan dalam masalah ini. Bukan saja mengakui, tetapi juga menghargai pandangan orang-orang yang berbeda dengan mereka, yaitu yang menyatakan mubah. Pandangan ini bukanlah pandangan manusia ‘kemarin sore’, melainkan pandangan para imam dan ahli ilmu, bahkan sejak zaman sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in. Insya Allah akan kami paparkan siapa saja sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in yang memubahkan lagu dan musik tabuhan (bahkan ada yang membolehkan ‘aud/gitar-kecapi masa lalu).
Bahkan telah ada dua puluh kitab yang disusun oleh ulama klasik tentang pembelaan mereka terhadap lagu dan musik, sebagaimana yang disebutkan dalam At Taratib Al Idariyah Juz II, hal. 132, di antaranya:
1. Kitab Ar Rukhshah fis Sima’ yang ditulis oleh Imam Ibnu Qutaibah, di dalamnya banyak sekali riwayat tentang sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in yang mendengarkan lagu, dengan atau tanpa musik.
2. Kitab Al Muhalla oleh Imam Ibnu Hazm, di dalamnya dia menyebutkan: “Semua riwayat yang mengharamkannya itu batil dan maudhu’.”
3. Kitab Muhammad bin Thahir al Maqdisy, dia menyebutkan di dalamnya: “Tidak ada perbedaan mendengarkan suara senar gitar dengan suara burung.” Dia juga mengatakan, “Tak ada satu huruf pun yang shahih tentang (pengharaman) ini.”
4. Kitab Bawariqul Ilma’ fi Takfiri man Yuharrimu Muthlaqas Sima’ karya Ahmad al Ghazali (saudara kandung Imam al Ghazali)
5. Kitab Ibthalul Da’wal Ijma’ ‘ala Tahrimi Muthlaqis Sima’ karya Imam Asy Syaukani (dalam karyanya yang lain yakni Nailul Authar juga ada pembahasan tentang ini)
6. Kitab Nuzhatul Asma’ fi Mas’alatis Sima’ karya Imam Ibnu Rajab al Hambali murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ada pula yang mengatakan murid Imam Ibnul Qayyim al jauziyah.
7. Kitab Ahkamul Qur’an karya Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi al Maliki. Dia mengatakan keringanan pada walimah, bukan hanya alat musik tabuh, melainkan seluruh alat musik (Jilid III, hal. 1494). Ia menegaskan tak ada di dalam Al Quran dan As Sunnah tentang pengharaman lagu dan musik (Jilid III, hal. 1053)
8. Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al Ghazali, dan karya-karya lainnya

Sekarang kita simak apa kata Imam Ibnu Nahwi dalam al Umdah, atau Imam Asy Syaukani (Nailul Authar, VIII/264-266):
“Kebolehan menyanyi dan mendengarnya ini diriwayatkan dari segolongan sahabat dan tabi’in. Golongan sahabat di antaranya Umar, Utsman, Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Ubaidah bin al Jarrah, Abu Mas’ud al Anshari, Bilal, Abdullah bin al Arqam, Usamah bin Zaid, Hamzah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Ja’far, Abdullah bin Zubair, Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Amr, Qurzhah bin Ka’ab, Khuwat bin Jubair, Ribah bin al Mu’tarif, Mughirah bin Syu’bah, Amr bin al Ash, ‘Aisyah, dan Rubayyi’ binti Mu’awwidz.
Sedangkan kalangan tabi’in adalah Said bin al Musayyib, Salim bin Abdullah bin Umar, Ibnul Hasan, Kharijah bin Zaid, Syuraih al Qadhi, Said bin Jubair, Amr asy Sya’bi, Abdullah bin Abi ‘Atiq, Atha’ bin Abi Rabah, Ibnu Syihab Az Zuhri, Umar bin Abdul ‘Aziz, dan Sa’ad bin Ibrahim az Zuhri.
Adapun orang yang mengikuti mereka adalah sejumlah manusia yang tidak terhitung, imam empat madzhab, Sufyan bin ‘Uyainah, dan jumhur ulama Syafi’iyah.”
Demikian. Insya Allah nama-nama sahabat di atas akan kami buktikan satu persatu bahwa mereka memang membolehkan lagu dan musik. Walau ada di antara mereka jarang mendengarkan lagu atau bisa jadi hanya sekali saja, itu tetap menunjukkan bahwa mereka tidak mengharamkannya.
Sebenarnya para ulama sepakat bahwa lagu yang mengandung kekejian, syirik, cabul, cinta picisan, dan seluruh akhlak kotor, sebagaimana umumnya nyanyian saat ini adalah haram tak ragu lagi. Nah, kita tidak membahas lagu-lagu seperti itu. Yang kita bahas adalah bagaimana dengan nyanyian yang baik-baik, di dalamnya tidak terdapat kekejian sama sekali, melainkan sesuatu yang netral dan fitrah saja, misal seperti lagu anak-anak NINA BOBO, TOPI SAYA BUNDAR, BURUNG KAKAK TUA, atau Nasyid-Nasyid Islam yang marak saat ini.
Saya akan paparkan hujjah yang sangat kuat tentang mubahnya nyanyian dan alat musik (khususnya alat musik pukul): Menurut Al Quran dan As Sunnah Ash Shahihah, petunjuk para sahabat dan tabi'in, maqashid syariah dan tabiat Islam. Lalu, silakan para pengunjung treadh ini membandingkan, mana yang paling argumentatif, mana yang berdalil menggunakan Al Quran dan As Sunnah Ash Shahihah, mana yang berdalil dengan ucapan para ulama saja, apakah pihak yang membolehkan atau yang mengharamkan.
Maka, perhatikanlah baik-baik, baik yang pro nasyid atau yang kontra, dan bersabarlah atas panjangnya tulisan ini ...
I. Dalil Al Quran.
A. Al A'raf ayat 157:
"Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu yang ada pada mereka."
Ayat ini menunjukkan bahwa syariat menghalalkan segala hal yang baik. Ath Thayyibat (segala yang baik) adalah kalimat jamak dengan alif dan lam yng menunjukkan makna umum, meliputi segala hal yang baik, tidak dibatasi, dan Ath Thayyibat menurut mayoritas biasanya identik dengan hal-hal yang bisa dinikmati, thahir (suci) dan halal.
Berkata Imam Asy Syaukani, bahwa Imam Al Izz bin Abdus Salam menegaskan dalam Dalailul Ahkam, yang dimaksud dengan Ath Thayyibat dalam ayat tersebut adalah hal-hal yang dapat dinikmati.(Imam Asy Syaukany, Nailul Authar, VIII/32) Ulama kenamaan abad ini, Imamul Akbar Syaikh Mahmud Syaltut al Mishry juga mengatakan demikian. Dan kita tahu bahwa nyanyian adalah sesuatu untuk dinikmati, maka ia termasuk Ath Thayyibat. (maaf, sekali lagi, kita tidak bicara tentang lagu-lagu seronok, munkar, syirik, cinta picisan, tetapi lagu-lagu yang mengandung semangat patriotisme, jihad, ukhuwah, mahabbatullah, sebagaimana yang terekam dalam nasyid-nasyidnya –seperti- Moslem Muwahhid, Izzatul Islam, Shautul Harakah)
Dalam ayat lain, diterangkan pula tentang halalnya Ath Thayyibat:
"Mereka bertanya kepadamu: 'Apa sajakah yang dihalalkan bagi mereka?' Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik (ath Thayyibat)." (QS. Al Maidah: 4)
Justru, Allah Ta’ala mengecam pihak-pihak yang begitu mudah mengharamkan apa-apa baik, yang Allah Ta’ala berikan untuk hamba-hambaNya, yang dengan itu mereka telah mempersempit karuniaNya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 87)

B. Al Jumu’ah ayat 11
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan (lahwun), mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki.
Sebab turunnya ayat ini, adalah –sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dan lainnya- bahwa ketika datangnya kafilah dagang yang telah ditunggu-tunggu oleh orang-orang Islam (saat itu sedang melaksanakan shalat jum’at), tiba dengan membawa barang-barang dagangan, maka serta merta mereka menyambutnya dengan nyanyian dan tabuh-tabuhan, sebagai ungkapan rasa senang atas kedatangan kafilah tersebut dengan selamat, juga sebagai ungkapan harapan mereka agar barang dagangannya bisa menghasilkan dan keuntungan yang banyak.
Karena itu, mereka berebut mengambil dagangan, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sedang khutbah mereka tinggalkan, dalam riwayat lain disebutkan sampai-sampai yang tersisa dari jamah shalat jumat hanya dua belas orang saja.
Lihatlah ayat tersebut, Allah Ta’ala menyebut permainan dan perniagan dalam satu susunan kalimat, lalu kenapa hanya nyanyian saja yang diharamkan, sedang perniagaan tidak? Padahal kedua-duanya saat itu telah memalingkan mereka dari shalat jumat! Jadi, sebenarnya yang diharamkan bukanlah permainan dan perniagaannya secara zat atau perbuatan, melainkan efek ‘melalaikannya’ itu. Sedangkan kelalaian bisa terjadi karena hal lainnya di dunia ini, bahkan dunia hakikatnya adalah permainan (lahwun) yang melalaikan, maka seharusnya yang diharamkan bukan hanya nyanyian, tetapi seluruh isi dunia.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS. Muhammad: 36)
Sedangkan bagian ayat pada surat Jumuah di atas, yang berbunyi: Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan" merupakan kalimat yang berfungsi optional (pilihan) dan pembanding, tidak ada kaitannya dengan pengharaman permainan (lahwun) dan perdagangan. Ayat itu menegaskan bahwa pada sisi Allah yakni menunaikan shalat jumat adalah lebih baik dari pada permainan dan perdagangan.
C. Surat Al Baqarah ayat 29
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 29)
Tidak ada yang diharamkan keculi oleh nash yang shahih dan sharih (jelas-tegas) dalam kitab Allah Ta’ala dan Sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jika tidak ada dalam keduanya, atau ijma’, atau ada nashnya yang shahih tapi tidak sharih, atau sharih tapi tidak shahih, maka ia tetap dalam batas kemaafan Allah Ta’ala yang luas dan lapang.
“ ...Padahal Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.”(QS. Al An’am: 119)
Rasulullah Shallallau ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Apa-apa yang Allah halalkan dalam kitabNya adalah halal, dan apa-apa yang diharamkan dalam kitabNya adalah haram, dan apa-apa yang didiamkanNya adalah dimaafkan. Maka, terimalah kemaafan dari Allah, karena sesungguhnya Allah tidak lupa terhadap segala sesuatu.” Kemudian beliau membaca (Maryam: 64): “Dan tidak sekali-kali Rabbmu itu lupa.” (HR. Al Hakim dari Abu Darda’, beliau menshahihkannya. Juga diriwayatkan oleh Al Bazzar)
Sabda lainnya:
“Sesungguhnya Allah telah menentukan kewajiban-kewajiban maka janganlah kamu menyia-nyiakannya, dan menetapkan batasan-batasan maka janganlah kamu melanggarnya, dan Dia diamkan beberapa perkara sebagai rahmat buat kamu, bukan karena Dia lupa, maka janganlah kamu mencari-carinya.” (HR. Daruquthni dari Abu Tsa’labah al Khusyani, dihasankan oleh Imam An Nawawi dalam Arbain)
D. Surat Luqman ayat 6
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.”
Ayat ini sering dijadikan dalil untuk mengharamkan lagu, yaitu dengan menafsirkan perkataan yang tidak berguna (lahwul hadits) sebagai nyanyian. Sebagaimana tafsiran dari Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar. Bahkan Ibnu Mas’ud bersumpah, “Demi Allah, itu adalah lagu.” (HR. Al Baihaqi, Sunanul Kubra, X/23)
Imam Ibnul Qayyim, yang memang terkenal paling bersemangat mengharamkan nyanyian, sampai-sampai mengatakan bahwa tafsiran di atas dapat dihukumi sebagai hadits marfu’ (Ibnul Qayyim, Ighatsatul lahfan, I/258-259)
Al Wahidi mengatakan bahwa maksud lahwul hadits adalah nyanyian, itu juga penafsiran dari Mujahid dan Ikrimah. (Ibnul Qayyim, ibid, hal. 257)
Perlu diketahui, tafsiran bahwa lahwul hadits adalah lagu, bukanlah satu-satunya tafsiran yang bersifat final.
Imam Asy Syaukany, dalam Fathul Qadir-nya mengatakan bahwa maksud lahwul hadits adalah apa-apa yang bisa melalaikan dari kebaikan, bisa berupa nyanyian, pemainan, perkataan dusta, dan segala yang munkar. Ia meriwayatkan bahwa Imam Hasan al Bashri menafsiri makna lahwul hadits adalah ma’azif (alat-alat musik) dan ghina’ (nyanyian), tetapi juga diriwayatkan darinya, bahwa maksud lahwul hadits adalah kufr (kekafiran) dan syirk (kesyirikan).
Kalimat, “Liyudhilla (untuk menyesatkan (manusia) ...” menunjukkan bahwa huruf lam pada kata li yudhilla berfungsi sebagai lam ta’lil (lam yang menunjukkan sebab –‘illat hukum). Demikian dalam Fathul Qadir.
Jadi, sebenarnya, perilaku apa saja –ingat! bukan hanya nyanyian- jika bertujuan untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah Ta’ala, jelas perbuatan haram. Mafhum mukhalafah (pemahaman implisit)nya adalah jika tidak ada maksud menyesatkan manusia maka tidak mengapa.
Imam Ibnu Jarir at Thabari menegaskan dalam tafsirnya, dari Ibnu Wahhab, bahwa Ibnu Zaid mengatakan ayat “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkatan yang tidak berguna ....” maksudnya adalah orang-orang kafir. Tidakkah memperhatikan ayat selanjutnya:
“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami Dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah Dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman: 7)
Manusia yang diceritakan dalam ayat ini, jelas bukan berkepribadian muslim. Memang, sebagian ada yang membantah bahwa itu juga berlaku untuk orang Islam. Dan lahwul hadits merupakan perkataan batil (sia-sia) yang mereka gunakan untuk kelalaian. (Abu Ja’far Ibnu Jarir Ath Thabari, Jami’ul Bayan, I/41, tafsir surat Luqman)
Imam Ibnul ‘Athiyah mengatakan, bahwa pendapat yang rajih (kuat) adalah bahwa ayat tersebut diturunkan tentang orang-orang kafir, oleh karena itu ungkapan ayat tersebut sangat keras yaitu “untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.” Dan disertai ancaman siksaan yang amat hina. (Tafsir Ibnu ‘Athiyah, XI/484)
Pemahaman ini juga dikuatkan oleh Imam Fakhr ar Razi dalam tafsirnya, bahwa Allah Ta’ala sedang menceritakan keadaan orang-orang kafir, mereka meninggalkan Al Quran dan sibuk dengan selainnya. (Tafsir Al Kabir, XIII/141-142)
Imam Ibnu Hazm telah membantah tafsiran bahwa lahwul hadits adalah lagu, dan bantahan ini sangat masyhur dan sering diulang-ulang oleh kelompok yang membolehkan lagu dan musik (yang dipukul). Bantahan ini sebenarnya telah diketahui dan sudah dibantah pula oleh para ulama yang mengharamkannya, tetapi nampaknya pandangan Imam Abu Muhammad Ibnu Hazm sangat kokoh sehingga bantahan-bantahan untuknya masih bisa didiskusikan lagi.
Imam Ibnu Hazm Rahimahullah menolak tafsiran Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, dengan perkataannya:
Pertama, Perkataan seseorang tidak bisa dijadikan hujjah kecuali perkataan Rasulullah.
Keduan, Para sahabat dan tabi’in berbeda pendapat.
Ketiga, nash ayat tersebut (Luqman ayat 6) justru membatalkan argumentasi mereka sendiri, karena dalam ayat tersebut berbunyi, “Dan diantara manusia ada orang yang menggunakan perkataan yang tidak berguna (lahwul hadits) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan, “ ini menunjukkan bahwa yang melakukannya adalah kafir, jika menjadikan jalan Allah sebagai olok-olokan, hal ini tanpa perselisihan lagi. Beliau juga mengatakan: “Jika seorang menggunakan perkataan sia-sia untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka orang tersebut kafir.“ Iniah yang dicela Allah. Sedangkan orang yang menggunakan perkataan sia-sia untuk tujuan hiburan atau menenangkan diri, bukan bertujuan menyesatkan manusia dari jalan Allah, tidaklah tercela. Maka terbantahlah argumen mereka dengan ucapan mereka sendiri. Bahkan, jika seseorang membaca Al Quran atau hadits, atau obrolan, atau lagu, sehingga sengaja melalaikan shalat, itu termasuk kefasikan dan berdosa kepada Allah. Tetapi siapa yang tidak melalaikan atau meninggalkan kewajiban sebagaimana yang kami katakan, maka itu tetap kebaikan.” (Imam Ibnu Hazm, Al Muhalla, IX/10)
Hujjatul Islam, Imam al Ghazali Rahimahullah juga ikut membantah, katanya, “Adapun makna ‘menggunakan perkataan tak berguna ‘ untuk agama, artinya merubah hukum agama dan menyesatkan manusia dari jalan Allah, jelas hukumnya haram dan tercela, tak ada perselisihan. Tidak semua nyanyian mengganti agama dan menyesatkan dari jalan Allah, inilah yang dimaksud ayat tersebut. Seandainya membaca Al Quran untuk menyesatkan dari jalan Allah, maka jelas haram.”
Hal ini diperkuat tentang perilaku sebagian orang munafik ketika menjadi Imam Shalat secara sengaja selalu membaca surat ‘Abasa karena didalamnya terdapat celaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Umar Radhiallahu ‘Anhu hendak membunuhnya, karena menilai perbuatan mereka itu haram dan menyesatkan. Apalagi menggunakan syair dan lagu.(Imam al Ghazali, Ihya Ulumuddin, hal. 260-261, Darul Ma’rifah, Beirut)

II. Dalil Al Hadits
A. Hadits pertama, Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, tentang nyanyian dua jariyah (budak wanita yang masih remaja) di rumah ‘Aisyah, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ada di situ.
Dari Aisyah, suatu hari Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu masuk ke rumah Rasulullah, di sana ada dua jariyah yang sedang bernyanyi dengan memainkan rebana, mereka sudah biasa bernyanyi, sedang Rasulullah terhalang oleh tirai. Abu Bakar melarang keduanya, sampai Rasulullah membuka tirai dan bersabda: “Wahai Abu Bakr, biarkanlah karena hari ini hari raya.”
Dalam riwayat lain, Abu Bakar berkata, “Apakah pantas seruling setan ini terdengar di rumah Rasulullah?” dan itu terjadi ketika hari ‘Ied (hari raya), maka Rasulullah bersabda: “Wahai Abu bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan inilah hari raya kita.”
Atau dalam riwayat lain, bahwa Rasulullah menegur kecaman Abu Bakar, untuk mengajarkan kepada orang Yahudi bahwa Islam itu luas dan Nabi diutus dengan agama hanafiyatus sam-hah (hanif dan toleran). (HR. Ahmad dari ‘Aisyah)
‘Aisyah juga berkata, “Ketika utusan Habasyah (Etiopia) datang kepada Rasulullah, mereka mengadakan permaianan di mesjid. Rasulullah menutupi dengan kainnya dan aku sendiri menyaksikan mereka bermain di dalam mesjid, sampai saya merasa bosan. Saya pun memerintahkan jariyah itu untuk berhenti (bernyanyi) meskipun ia masih ingin benyanyi.
Dari hadits ini bisa diketahui bahwa nyanyian identik dengan duff (rebana) sebagaimana yang dilakoni dua jariyah tersebut, dan ternyata Aisyah dan Rasulullah mendengarkan itu, dan Abu Bakar mengecamnya. Justru Rasulullah melarang apa yang dilakukan oleh Abu Bakar tersebut, sehingga dua jariyah tersebut tetap bernyanyi hingga ‘Aisyah memberikan perintah untuk disudahi. Sebagian kalangan mengatakan, ini menunjukkan bolehnya laki-laki mendengarkan nyanyian wanita asing, sebagaimana Rasulullah mendengar dua jariyah tersebut, dan Rasulullah tidak ada hubungan nasab apa pun dengan mereka berdua.
Namun kalangan yang anti lagu tetap mengharamkan, menurut mereka dua jariyah itu masih anak-anak, alias belum baligh, jadi belum mengerti apa yang sedang mereka lakukan. Pendapat ini tertolak, sebab tidak ada keterangan yang menunjukkan itu. Lagi pula, jika betul dua jariyah itu masih kanak-kanak, apa mungkin Abu Bakar melakukan pengingkaran yang sangat keras kepada anak kecil, dengan ucapannya “Apakah pantas di rumah Rasulullah terdengar suara seruling syetan?” Tentu ini adalah celaan yang tidak pantas diterima anak kecil bukan? Tidak mungkin Abu Bakar setega itu.
Ada juga alasan lain, menurut mereka, pembolehan ini karena bertepatan dengan hari raya saja. Alasan ini juga tertolak, sebab mana mungkin sesuatu yang haram, kok bisa berubah menjadi halal hanya karena hari raya. Padahal perbuatan tersebut secara zat adalah sama saja walau hari raya. Ingat, dalam hadits Imam Bukhari secara Mu’allaq ada hadits, “Akan datang waktunya umatku menghalalkan zina, sutera, khamr dan ma’azif (alat-alat musik).” (HR. Bukhari, no. 5590)
Lihatlah .., zina, sutera, khamr, dan alat-alat musik digandengkan menjadi satu susunan kalimat. Ketiga hal itu seolah haram menurut hadits tersebut. Sungguh, haramnya zina, sutera, dan khamr adalah jelas. Tetapi, apakah zina, sutera, dan khamr menjadi halal ketika datang hari raya? Bukankah musik yang diharamkan dalam hadits itu, justru menjadi halal ketika hari raya? Lalu, kenapa musik dibolehkan pada hari raya sementara yang lain, khamr dan zina tetap haram, bukankah ketiganya disebutkan secara bersamaan dalam hadits tersebut? Nah, ini bukti kuat bahwa pendapat bahwa musik hanya dibolehkan khusus ketika hari Ied saja adalah pendapat lemah. Ini sekaligus bukti, sebagaimana sebagaian ulama, seperti Imam Ibnu Hazm, Imam Ibnul Araby, dan Syaikh Yusuf al Qaradhawy, bahwa tak ada satu pun hadits –termasuk hadits Imam Bukhari ini- yang shahih yang mengharamkannya, atau sekalipun shahih, tak ada korelasi yang menunjukkan keharamannya. Wallahu A’lam. Insya Allah, pada gilirannya nanti akan kami paparkan tentang hadits bolehnya lagu dan musik pukul, walau bukan hari Ied atau pernikahan.
Fakta di lapangan, hadits Imam Bukhari tersebut memang para ulama berselisih tentang status keshahihannya. Di dalamnya ada Hisyam bin Amr yang menjadi pembicaraan para pakar (Imam Ibnu Hajar, Taghliq at Ta’liq, V/17-22)
Yahya bin Main dan Al Ajili menyatakan bahwa dia tsiqah. Abu Daud mengatakan bahwa Hisyam bin Amr meriwayatkan empat ratus hadits yang tidak ada asalnya.
Abu Hatim menyatakan bahwa, “ Dia shaduq, tetapi kemudian dia berubah, maka setiap yang datang darinya harus dikaji ulang, dan setiap yang disampaikannya mesti ditanyakan kembali.”
Ibnu Sayyar juga mengungkapkan bahwa ini merupakan bencana besar yang membuat kami bertawaqquf (no coment) terhadap riwayatnya. Karena bisa jadi apa yang disampaikannya telah terjadi perubahan.
Imam Ahmad mengatakan, “Ia kurang hafalannya.” An Nasa’i mengatakan bahwa, “Dia laa ba’sa bihi” (tidak ada masalah).
Sedangkan Imam Adz Dzahabi mendukungnya, dan berkata,”Ia dapat dipercaya, tetapi banyak yang mengingkari haditsnya.” (Adz Dzahabi, Mizanul I’tidal, IV/302, 9234. Ibnu Hajar, Tahzib at Tahzib, XI/51-54. Al Mizzi, Tahzibul Kamal, III/242-255, no. 6586)
B. Hadits Kedua, tentang pernikahan kerabat ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha yang bersuamikan orang Ashar. Pada pesta pernikahan itu, nampak sepi-sepi saja tak ada hiburan apa pun, lalu Nabi Shallallahu ‘laihi wa Sallam menanyakan hal tersebut seakan ia mengkritiknya.

Dari ‘Aisyah, bahwa beliau menghadiri pernikahan seorang wanita Anshar, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Wahai ‘Aisyah, Apakah mereka tidak memainkan ‘lahwun’? Bukankah orang Anshar sangat menyukai permaianan (al lahwu)?” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya, meriwayatkan dari ‘Aisyah, beiiau berkata: “Di kamarku ada jariyah dari Anshar, kemudian aku menikahkannya, maka ketika Rasulullah masuk pada hari pernikahannya, ia sama sekali tidak mendengar nyanyian ataupun lahwun, kemudian dia bersabda: “Wahai ‘Aisyah, apakah engkau tidak memberikan nyanyian untuknya?” lalu ia bersabda: “Bukankah ini kampungnya orang Anshar, dan mereka sangat menyukai nyanyain?” (HR. Ibnu Hibban, no.5875, rijalnya tsiqat)
Imam Ibnu Majah, meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: “Aisyah menikahkan kerabat dekatnya, orang Anshar, kemudian Rasulullah datang dan bertanya: “Sudahkah engkau memberikan hadiah untuknya?” ‘Aisyah menjawab: “Ya, sudah.” Rasulullah bertanya lagi, “Sudahkah engkau mengirim orang untuknya bernyanyi?” ‘Aisyah menjawab: “Belum.” Kemudian Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya kaum Anshar adalah kaum yang suka senda gurau, alangkah bagusnya engkau kirimkan baginya orang yang menyambut tamu tamu dengan syair:
Aku datang kepadamu .... Aku datang kepadamu ....
Semoga Allah mencukupkan kami, dan mencukupkan kamu sekalian!” (HR. Ibnu Majah, no. 1900)

Ada riwayat lain yang hampir serupa, dimana Rasulullah bertanya: “Kenapa engkau tidak mengundang orang yang akan menyambut dengan syair:
Aku datang kepadamu ....aku datang kepadamu ...
Semoga Allah mencukupkan kami dan kamu
Jika bukan karena emas yang merah
Niscaya aku tidak akan mendatangi kampungmu
Jika bukan karena habbatus sauda
Niscaya aku tidak akan mendatangi gadis-gadismu..

Pada riwayat lain (no. 1995) menyebutkan: “Niscaya para gadismu tidak akan gemuk.” Syaikh al Albany dalam Al Irwa’-nya.

Dari beberapa riwayat ini, pelajaran berharga yang bisa kita ambil, yakni pertama, sikap Rasulullah yang menghargai kebiasaan dan tradisi orang lain yakni Anshar (Madinah) yang suka nyanyian, sedangkan dia orang Muhajirin (Mekkah). Kedua, ternyata Rasulullah pun melantunkan syair atau mencontohkan nyanyian untuk menyambut para undangan.
C. Hadits Rubayyi’ binti Mu’awwidz, Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dalam Kitab Nikah, Bab Dharb al Duff fin Nikah wal Walimah (Memukul rebana selama pernikahan dan walimah).

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz beliau berkata, “Pada pagi hari, Rasulullah datang ke pernikahan saya, kemudian beliau duduk dikursiku seperti halnya kamu duduk di depan saya sekarang ini. Lalu, aku memerintahkan para jariyah memainkan duff, dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan orang tua kami yang gugur pada perang Badar, mereka terus bernyanyi dengan syair yang mereka kuasai, hingga salah seorang jariyah mengucapkan sebuah syair:
Diantara kita telah hadir, seorang Nabi yang mengetahui hari yang akan datang ...
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menanggapi, “Sya’ir yang ini, janganlah kamu nyanyikan.” (HR. Bukhari, Bab al Maghazi no. 4001, Juga Bab Nikah no. 5147)
Imam Ibnu majah meriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, dari Al Hasan al Madani: “Ketika hari ‘Asyura kami di Madinah, di antara kami ada jariyah yang memainkan duff dan bernyanyi-nyanyi, lalu kami masuk ke rumah Rubayyi’ binti Mu’awwidz, sahabat Nabi yang tenar. Lalu kami menceritakan kepadanya apa yang dilakukan jariyah tadi. Dia menjawab: “Rasulullah pernah datang ke rumahku disaat hari pernikahanku, saat itu ada dua jariyah yang bernyanyi, mereka menyanyikan kisah syahidnya para orang tua kami dalam perang Badar, sampai mereka mengatakan apa yang tidak seharusnya mereka ucapkan, yaitu:
...diantara kita telah hadir seorang Nabi yang mengetahui tentang hari depan ..
Rasulullah menanggapi: “Adapun kalimat ini, jangan kau katakan, karena tidak satu pun yang tahu hari esok kecuali Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Ibnu Majah no. 1897, Ahmad VI/359-360)
Riwayat ini membuktikan bahwa Rasulullah pun mendengarkan hiburan dan duff, dan itu sekaligus menunjukkan kemubahannya. Sedangkan yang ia ingkari adalah kalimat yang bernada kultus, bukan mengingkari nyanyian itu sendiri. Nah, benarkah anggapan bahwa kebolehannya hanya pada hari raya dan walimah saja sebagaimana hadits-hadits ini? Jawab: tidak! Apa dalilnya? Jangan kemana-mana dulu, kita kan kembali setelah ini.
D. Hadits tentang seorang jariyah hitam yang bernadzar dihadapan Rasulullah, bahwa jika Rasulullah selamat dan pulang dari peperangannya, maka ia berjanji akan menabuh duff dan bernyanyi di depan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dari Buraidah: “Rasulullah hendak menuju peperangan, ketika kembali dari peperangan, ada seorang jariyah hitam datang kepada Rasulullah, dan berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh aku telah bernadzar, apabila engkau kembali dengan selamat, aku akan menabuh duff dan bernyanyi di hadapanmu,” Maka Rasulullah bersabda: “Apabila engkau telah bernadzar, maka tabuhlah sekarang, karena apabila tidak maka engkau telah melanggar nadzarmu.” Kemudian jariyah tersebut menabuh duff dan bernyanyi, kemudian ketika Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu datang, jariyah itu masih menabuh dan bernyanyi lalu ketika Ali Radhiallahu ‘Anhu datang jariyah itu masih menabuh dan bernyanyi, lalu ketik Utsman Radhiallahu ‘Anhu datang ia juga masih menabuh dan bernyanyi. Tetapi, ketika Umar Radhiallahu ‘Anhu datang, ia (Umar) langsung melemparkan duff itu ke arahnya, lalu jariyah itu duduk. Lalu, rasulullah bersabda: “Wahai Umar, sungguh setan akan takut kepadamu, sungguh ketika aku duduk ia menabuh, begitu pula ketika Abu Bakar, Ali dan ‘Utsman, ia tetap menabuh. Tetapi, ketika engkau masuk wahai Umar, engkau lemparkan duff itu.” (HR. Ahmad no. 22989, dan Tirmidzi no. 3690, katanya hasan shahih gharib)
Riwayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah, Abu Bakar, Utsman, dan Ali ikut mendengarkan nyanyian dan tabuhan. Saat itu bukan hari raya dan walimah, maka ini merupakan bantahan bagi yang mengatakan bahwa pembolehannya hanya ketika hari Ied dan walimah saja.
Kita tahu bahwa bernadzar tidak boleh dengan perkara maksiat. Jadi, ketika Rasulullah memerintahkan agar jariyah itu menunaikan nadzarnya dengan menabuhkan duff, itu menunjukkan bahwa manabuh duff dan bernyanyi bukan maksiat. Jika itu maksiat, maka mustahil Rasulullah meridhai bahkan memerintahkan untuk memainkannya. Ya hadits ini sangat jelas.
E.Hadits tentang Qaynah (wanita yang suka bernyanyi)
Dari Said bin Yazid, bahwa ada seorang wanita datang menemui Nabi, kemudian Nabi bertanya kepada ‘Aisyah: “Wahai ‘Aisyah, apakah engkau kenal dia?” ‘Aisyah menjawab: “Tidak, wahai Nabi Allah.” Lalu, Nabi bersabda: “Dia itu Qaynah dari Bani Fulan, apakah kamu mau ia bernyanyi untukmu?”, maka bernyanyilah qaynah itu untuk ‘Aisyah. (HR. An Nasa’i, kitab Asyratun Nisa’, no. 74)
Jelaslah ... bolehnya mendengarkan nyanyian walau bukan hari raya. Riwayat ini tak ada kaitan apapun dengan hari raya dan walimah.
Kemubahannya sangat terlihat jelas, sebab tak mungkin Rasulullah memerintah orang lain bernyanyi untuk ‘Aisyah, jika memang bernyanyi itu haram. Sebenarnya masih banyak riwayat dari Rasulullah yang menguatkan bahwa lagu dan musik tabuhan adalah mubah, namun hadits-hadits ini, kami kira cukuplah. Al hamdulillah ...
III. Para sahabat Nabi yang membolehkan bernyanyi dan mendengarkannya, dan mereka sebaik-baiknya kaum dan salaf (pendahulu)
Mereka para sahabat merupakan murid madrasah nabawiyah. Kita akan dapati, bahwa sikap mereka terhadap nyanyian tidaklah sekeras generasi setelahnya. Karena memang saat itu nyanyian dan tabuhan bukanlah sebuah ancaman terhadap ketaatan, sehingga mereka tidak merasa perlu khawatir. Adapun generasi selanjutnya, manusia banyak tenggelam dalam hura-hura, syahwat, dan lalai, karena lagu dan nyanyian. Maka, wajar bila ulama masa itu menjadi lebih keras dibanding para sahabat. Jadi, yang harusnya dipermasalahkan bukanlah lagu dan musik itu sendiri, melainkan sikap israf (berlebihan) manusianya dalam menikmati lagu dan musik tabuhan, sehingga banyak hal-hal utama yang mereka tinggalkan. Namun, tidak semua orang bersikap israf dalam perkara ini. Maka, sekali lagi, keharaman lagu dan musik bukan dilihat dari lagu dan musik itu sendiri, tetapi efek lalai atau potensi lalai sangat mungkin terjadi karenanya.
Sikap Umar bin al Khathab Radhiallahu ‘Anhu
Dialah Al Faruq, yang paling keras dalam melaksanakan perintah Allah Ta’ala, sebagaimana hadits: “Yang disayangi dari umtku adalah Abu Bakar, dan yang paling keras dlam melaksanakan perintah Allah dikalangan umatku adalah Umar, dan sejujurnya manusia adalah pemalunya Utsman ... dst.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al Hakim, dan Al Baihaqi, Al jami’ush Shaghir, 895)
Kita tahu sikapnya yang keras terhadap orang Habasyah yang sedang bermain tarian pedang di Mesjid Nabawi saat hari Ied. Namun, sebenarnya ia sangat suka bersenandung, dan toleran sahabat lainnya yang suka menghibur diri, atau bernyanyi dalam perjalanan di gurun.
Dari Abdullah bin Auf, dia berkata: “Aku menghampiri pintu rumah Umar bin Al Khathab, kemudian aku mendengar ia sedang bernyanyi:
Wahai, bagaimanakah nasib rumahku di Madinah
Setelah maksud jahat Jamil bin ma’mar terpenuhi

Yang dimaksud adalah Jamil al Jamahi, karena hanya dia yang punya nama itu. Aku datang minta izin masuk ke rumahnya, beliau berkata, “Apakah engkau mendengar apa yang aku nyanyikan tadi?, “ Aku menjawab, “Ya.” Beliau berkata:” Sesungguhnya aku, apabila sedang kesepian, aku juga sering bersenandung seperti orang lain juga.” (Imam al Alusi, Tafsir al Alusi, XXI/71) Ya .. inilah Umar, ia bersenandung ...

Khawat bin Jubair dia berkata: “Aku pergi haji bersama Umar bin al Khathab, kami berangkat dengan berkendaraan bersama Abu Ubaidah bin al Jarrah, Abdurrahman bin Auf, tiba-tiba manusia berkata, “Nyanyikanlah buat kami syairnya dhirar, “ lalu Umar menanggapi, “Biarkanlah mereka wahai Abu Abdillah”, maka mereka pun bernyanyi sesuka seleranya –yaitu syair dhirar. Aku pun terus menyanyikan lagu buat mereka, sampai waktu sahur tiba, dan Umar berkata, “Sudahilah nyanyianmu wahai Khawat, karena kita sudah hampir waktu sahur.” (Imam Ibnu Hajar, Al Ishabah, I/457, no. 2298. Al Baihaqi, V/69)

Waktu sahur maksudnya waktu berdzikir dan istighfar pada sepertiga malam terakhir (QS. Adz Dzariyat: 18), bukan makan sahur.

Riwayat ini, nampak bukan hanya Umar saja yang mendengarkan nyanyian, tetapi Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan Saad bin Abi Waqqash, dan kedunya merupakan termasuk sahabat yang mubasysyiruna bil jannah (diberitakan akan masuk surga).

Al Harits bin Ubaidillah bin ‘Ayyas menceritakan bahwa ia pernah bersama Umar berjalan di suatu jalan di Mekkah di masa kekhalifahannya, kaum muhajirin dan Anshar juga turut serta. Sesampainya di rumah, Umar berdendang dengan suara yang merdu, sehingga ada orang dari Irak yang berkata, “Kenapa tidak meminta orang lain saja (untuk bernyanyi) wahai Amirul Mu’minin?! Umar pun menjadi malu, lalu ia memacu kudanya dan berpisah dari rombongan. Imam Ibnu Thahir al Maqdisi mengatakan sanad riwayat ini kuat.

Imam Ibnu Thahir meriwayatkan dari Zaid bin Aslam dari Ayahnya, bahw Umar Radhiallahu ‘Anhu lewat di depan orang yang sedang bernyanyi, kemudian beliau berkata: “Nyanyian adalah bekal bagi musafir.” (Muhammad bin Thahir al Maqdisy, hal. 42)

Diterima dari Yahya bin Abdurrahman, dia berkata, “Kami berhaji bersama Umar dalam haji Akbar, hingga sampai di suatu tempat bernama Rauha’, lalu Ribah bin al Mu’tarif yang terkenal merdu suaranya dalam menyanyikan lagu Arab Badui diminta oleh orang-orang: “Perdengarkanlah suaramu kepada kami dan menarilah,” Dia menjawab: Aku harus jauh karena malu terhadap Umar.” Kemudian orang-orang meminta izin kepada Umar bin Khathab, dan berkata: “Kami minta kepada Ribah untuk menyanyikan lagu dan menari buat kami selama istirahat diperjalanan, tetpi dia tidak mau tanpa seizinmu.” Maka Umar berkata kepada Ribah; “Wahai Ribah bernyanyi dan menarilah untuk mereka, tetapi jika sudah waktu sahur, hendaknya berhentilah.”(An Nihayah, 190/4)

Dan Ribah membiarkan mereka mendengarkan syair Dhirar bin Khatthab, lalu ribah meninggikan suaranya (‘uqayrah) dan terus bernyanyi padahal mereka semua sedang ihram!” (Ibnu Thahir, hal. 41-42)

Az Zubair bin Bakkar menceritakan, bahwa Umar Radhiallahu ‘Anhu lewat dihadapan Ribah bin al Mu’tarif, lalu berkata kepadanya, “Ada apa ini?”, lalu Abdurrahman bin ‘Auf menjawab, “Suatu hal yang biasa, sekedar untuk mempersingkat perjalanan kita,” Kemudian Umar berkata, “Kalau begitu bernyanyilah dengan syairnya Dhirar bin al Khatthab.(Al Ishabah, I/502. Sunanul Kubra X/224)

Saya kira riwayat-riwayat ini sangat memadai bahwa Umar, Saad bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Abdurrahman bin ‘Auf, Khawat bin Jubair, dan sahabat nabi lainnya, baik Ansha dan Muhajirin, mereka semua pernah bahkan biasa mendengarkan nyanyian. Selain mereka, berikut akan kami paparkan sahabat Nabi lainnya.

Sikap Utsman bin Affan Radhiallahu ‘Anhu

Sikap Utsman, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Abu Hasan al Mawardi mengatakan dalam kitabnya Al hawy fi fiqh Imam Asy Syafi’i, “Bahwa Utsman bin Affan memiliki dua jariyah yang sering mendendangkan nyanyian untuknya, apabila datang waktu Sahur, beliau berkata kepada keduanya: “Berhentilah, sekarang sudah waktunya istighfar.” (Az Zubaidi, al ittihaf as sadah al muttaqin, VII/567)

Sikap Abdullah bin Ja’far Radhiallahu ‘Anhu

Dia adalah anak Ja’far bin Abu Thalib Radhiallahu ‘Anhu, ketua rombongan hijrah pertama ke Habasyah. Abdullah bin Ja’far terkenal sebagai sahabat nabi yang suka mendengarkan nyanyian dengan mengunakan musik. Al ‘Allamah Kamaluddin Abul fadhl Ja’far bin Tsa’lab al Adfawy mengatakan dalam al imta’: Adalah Abdullah bin ja’far bin Abi Thalib, dia cukup terkenal dalam hal mendengarkan nyanyian dan lagu. Banyak para ahli fiqih, huffazh, dan ahli tarikh yang menimba ilmu darinya.

Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Beliau berpandangan bahwa dalam nyanyian itu tidak ada masalah apapun.” (Al Isti’ab, II/276)

Abdullah bin ja’far pernah bermalam di rumah Mu’awiyah. Ia sangat dihormati luar biasa oleh Mu’awiyah, sampai isteri Mu’awiyah jengkel. Ketika datang malam, Abdullah bin Ja’far bernyanyi hingga suaranya terdengar ke luar kamar. Berkatalah isteri Mu’awiyah: “Apakah engkau dengar sesuatu dari kamar orang yang sangat kau hormati, sekan ia daging dan darahmu?” lalu Mu’awiyah mendengarkannya hingga ia meninggalkan Abdullah bin Ja’far. Pada akhir malam Mu’awiyah mendengar bacaan Al Quran dari Abdullah bin Ja’far, lalu ia mendatanginya dan berkata: “Perdengarkanlah kepadaku apa yang engau dendangkan semalam.” (Ibid)

Abu Manshur al Baghdadi mengatakan dalam As Sima’ bahwa, Abdullah bin ja’far dengan penuh perasaan sering membuat syair lagu untuk tetangga-tetangganya dan diperdengarkan kepada mereka dengan alat musik.

Az Zubeir bin Bakr menceritakan bahwa Abdullah bin ja’far sering ke kedai Manzil Jamilah, sebuah kedai yang terkenal pada masa sahabat, di dalamnya sering diperdengarkan nyanyian dari seorang penyanyi. (Al Ihya’, VII/566)

Imam Asy Syaukani dalam Nailul Authar-nya berkata: “Penduduk Madinah dan orang-orang yang menyetujuinya dari kalangan ulama Ahli Zhahir dan sejumlah ahli tasawwuf berpendapat membolehkan nyanyian. Meskipun dengan ‘Aud dan seruling. Abu Manshur al Baghdadi Asy Syafi’i menceritakan dalam As Sima’ bahwa Abdullah bin Ja’far tidak menganggap terlarang masalah nyanyian, bahkan ia membuat lagu untuk budak-budak perempuannya, serta mendengarkan nyanyian mereka dengan menggunakan alat musiknya, Ini terjadi pada masa kekhalifahan Ali Radhiallahu ‘Anhu.”

Sikap Abdullah bin Zubeir Radhiallahu ‘Anhu

Dia adalah anak dari Zubeir bin Awwam Radhiallahu ‘Anhu dan Asma’ binti Abu Bakar. Ia wafat di tangan gubernur zalim Al Hajjaj pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan tahun 73H. Banyak manusia meriwayatkan hadits darinya. Imam Ibnu Daqiq al Id meriwayatkan dalam Iqtinash Sawanih dengan sanadnya dari Wahhab bin Sannan, di berkata: “Aku mendengar Abdullah bin Zubeir Radhiallahu ‘Anhu bersenandung dengan nyanyian.”

Imam Haramain (dalam An Nihayah) dan Ibnu Abid Dunya mengatakan, menurut perkataan yang bisa dipercaya dari para sejarawan, mereka menukil bahwa Abdullah bin Zubeir memiliki beberapa ‘Aud (gitar zaman dulu). Ketika Ibnu Umar masuk ke rumahnya dan melihat ‘Aud itu, ia bertanya: “Apa ini wahai sahabat Rasulullah?” lalu Abdullah bin Zubeir memberikan ‘Aud itu kepada Ibnu Umar, dan dia mengamatinya. Lalu bertanya: “Apakah ini timbangan negeri Syam?” Abdullah bin Zubeir menjawab, “Ini timbangan untuk akal.”

Sikap Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhu

Kita dapati ada beberapa riwayat yang berbeda tentang sikap Abdullah bin Umar ini. Ketika sedang berjalan bersama Nafi’, Ia pernah menutup telinganya ketika terdengar suara seruling merdu sekali.lalu ia bertanya: “apakah engkau masih mendengar?” Nafi’ menjawab: “Tidak.” Ketika suara seruling sudah hilang barulah ia melepaskan jarinya. Lalu ia berkata: “Begitulah aku melihat Rasulullah melakukannya.”(HR. Abu Daud no. 4924)

Hadits ini sering dijadikan dalil untuk mengharamkan, padahal tidak. Jika benar haram, tentu Ibnu Umar juga memerintah Nafi’ untuk menutup telinga, tidak mungkin ia mendiamkan Nafi’ untuk tetap mendengarkan sesuatu yang haram. Bisa jadi ia sekedar tidak menyukainya, dan ‘tidak suka’ tidaklah bermakna haram. Sebagaimana kita ketahui, para sahabat nabi memang tidak menyukai kenikmatan duniawi, namun sikap itu tidak berarti haram sacara syara.’

Ternyata, hadits ini pun dinyatakan munkar oleh perawinya yakni Imam Abu Daud, begitu pula menurut Al hafizh al Mundziri dalam Mukhtashar lis Sunan, ia tidak mengingkari kemungkaran hadits tersebut. walau ada juga yang menyatakan shahih yakni pensyarahnya (kitab Aunul Ma’bud) menyatakan sanadnya kuat dan tsiqat.

Al ‘Allamah Abu Umar al Andalusi meriwayatkan dalam Al ‘Aqd, bahwa Abdullah bin Umar pernah datang ke rumah Abdullah bin Ja’far, lalu di dapatinya seorang budak perempuan milik Abdullah bin Ja’far yang di dalam kamarnya terdapat alat musik ‘Aud (kecapi). Kemudian Abdullah bin Ja’far bertanya kepada Ibnu Umar, “Apakah Anda menganggapnya terlarang?” Ibnu Umar menjawab: “Tidak apa-apa.”
Sikap Mu’awiyah dan Amr bin al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhuma
Dalam Al Hawy, diceritakan oleh Al Mawardi, bahwa Mu’awiyah dan Amr bin al Ash sering mengunjungi Abdullah bin Ja’far, yang dilihatnya sering sibuk dengan nyanyian, dan mereka menasihatinya. Mereka berdua pernah datang untuk bertanya kepada Abdullah bin Ja’far, ketika mereka berdua masuk ke rumah Ibnu Ja’far, semua jariyah terdiam. Berkatalah Mu’awiyah kepada mereka, “Saya harap kalian kembalilah bernyanyi seperti tadi.” Maka, Jariyah-jariyah kembali bernyanyi untuk Mu’awiyah, terlihat Mu’awiyah menggerak-gerakan kakinya di kursi. Lalu, Amr bin al Ash bertanya, “Apa yang sedang kau nikmati?” Mu’awiyah menjawab: “Wahai Amr, sesungguhnya orang mulia sedang bernyanyi.”
Imam Ibnu Qutaybah juga meriwayatkan bahwa Mu’awiyah pernah menemani anaknya –Yazid- yang sedang memainkan ‘Aud. Mu’awiyah menemaninya dengan memainkan tharb (rebab-alat musik pukul). Masih banyak lagi kisah tentang masalah ini dari Mu’awiyah.

Sikap Mughirah bin Syu’bah Radhiallahu ‘Anhu

Seorang pemikir Arab, Mughirah bin Syu’bah, termasuk sahabat Nabi yang suka mendengarkan nyanyian. Syaikh Tajuddin al Fazari menceritakan ketertarikan Mughirah bin Syu’bah dalam mendengarkan nyanyian. Beliau juga termasuk sahabat yang sering nikah dan menikahkan orang lain.

Sikap Usamah bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu

Dari Abdullah bin al Harits bin Naufal, beliau berkata, “Aku melihat Usamah bin Zaid sedang duduk di mesjid engan mengangkat sebelah kakinya di atas yang lainnya, ia sedikit meninggikan suaranya.” Anandungbdullah bin Al Harits berkata, “Saya kira beliau sedang bersenandung dengan nyanyian syair An Nashab.” (Riwayat Abdurrazzaq, XI/5, Al Atsar, 91739. Al Baihaqi, X/224)

An Nashab adalah salah satu syair Arab Badui yang mirip nyanyian (untuk bersenandung), sebagaimana dikatakan Abu Ubaid.

Sikap Abdullah bin Al Arqam Radhiallahu ‘Anhu

Dia adalah anak Arqam bin Abi al Arqam. Dalam As Sunan-nya Imam al Baihaqi, meriwayatkan dari Az Zuhri dari Ubaid bin Abdillah bin Utbah: “Sesungguhnya Ayahnya menceritakan kepadanya bahwa beliau pernah mendengar Abdullah bin al Arqam meninggikan suaranya dan beliau bersenandung.” Abdullah bin Utbah berkata: “Demi Allah, setahu saya, tidak pernah saya melihat dan menemukan orang yang paling takut kepada Allah selain Abdullah bin al Arqam.”(As Sunan al Kubra, X/225)

Sikap Imran bin Hushain Radhiallahu ‘Anhu

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Adabul Mufrad, dari Mathraf bin Abdullah, ia berkata: Aku ditemani Imran dari Kuffah ke Bashrah, sedikit-dikit ia bersenandung dengan melantunkan syair.(Adabul Mufrad, hal. 124)
Abdur Razzaq meriwayatkan, sebenarnya dari Bashrah ke Mekkah beliau melantunkan nasyid setiap hari, kemudian ia berkata kepadaku: “Sesungguhnya syair itu sama dengan ucapan, dan setiap ucapan ada yang baik dan ada juga yang batil.” (Abdurrazzaq, XI/5, Al Atsar no. 19740)
Sikap Bilal bin Rabah Radhiallahu ‘Anhu
Imam Abdur Razzaq meriwayatkan, juga Imam Baihaqi dengan sanadnya –lafaz ini dari Baihaqi, dia berkata: Abdullah bin az Zubair berkata sambil bersandar: “Wahai Bilal bernyanyilah!” Kemudian seorang bertanya: “Bernyanyi?” Kemudian dia duduk dengan tegak, dan berkata: “Tiada seorang pun Muhajirin yang belum pernah mendengar Bilal menyanyikan An Nashab?”
Sikap Hasaan bin Tsabit Radhiallahu ‘Anhu
Penulis kitab al Aghani meriwayatkan dalam al Kamil dan juga yang lainnya, dari Kharijah bin Zaid, dia mengatakan kami diundang dalam sebuah npesta pernikahan, di sana hadir pula Hassan bin Tsabit, saat itu sudah buta, ia bersama anaknya –Abdurahman. Setelah selesai makan, tuan rumah mendatangkan dua jariyah penyanyi, Rab’ah dan ‘Izzah al Maila’. Keduanya mengambil alat musik gambus lalu menabuhnya dengan merdu dan indah serta menyanyilan syairnya Hassan bin Tsabit.
Aku rasa, pandanganku senantiasa sempit
Sehingga angin dan hujan memalingkan wajahnya dari ku ..

Ketika Hassan mendengar syair tersebut ia berkata: “Sungguh kini aku bisa melihat dan mendengar.” Matanya mulai berkaca-kaca. Ketika dua jariyah itu berhenti menyanyi, air matanya mengering, ketika bernyanyi, ia menangis lagi. Aku melihat Abdur Rahman mengahmpiri dua jariyah tersebut dan berkata, “Teruslah nyanyikan syair ini.”(Al Aghani, XVII/176-179)

Sikap sahabat-sahabat yang lain

Sahabat lain yang mendengarkan nyanyian di antaranya adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, kisahnya ada dalam Ash Shahihain. Abdullah bin Umar dalam riwayat Ibnu Hazm dan Ibnu Thahir, Barra bin Malik yang diriwayatkan oleh al Hafizh Abu Nu’aim dan ibnu Daqiq al Ied, An Nu’man bin Basyir yang diriwayatkan oleh ahli lagu dan al Aqd serta Syarhul Miqna, Abdullah bin Amr yang diriwayatkan oleh Zubair bin Bakr dalam kitab al Mawfiqiyyat, juga ‘Aisyah, banyak hadits-hadits yang menceritakan bahwa beliau suka mendengarkan nyanyian. (Al ittihaf, VII/568)

IV. Para Tabi’in yang membolehkan Bernyanyi dan Mendengarkannya

Mereka adalah murid-murid para sahabat nabi, merekalah pengisi zaman khairul qurun yang kedua setelah masa sahabat nabi.

Sikap Said bin al Musayyib

Ia adalah tabi’in utama, setelah Uwais al Qarny. Sebagian lagi mengatakn ia adalah junjungan para tabi’in. Ia termasuk tujuh ahli fiqih (Fuqaha as Sab’ah) Madinah pada zamannya. Ternyata beliaupun pernah mendengarkan nyanyian.

Dari Ibrahim bin Muhammad al Abbas al Muthallibi, bahwa Said bin al Musayyib pernah melewati suatu tempat di Mekkah, dan beliau mendengar Al Akhdhar sedang menyanyikan sebuah syair di Darul ‘Ash bin Wail dengan syair:

Hilang harum kesturi di perutnya Nu’man secara tiba-tiba
Zainab berjalan di antara wanita-wanita yang mengelilinginya

Kemudian Said menepuk Nu’man dengan kakinya. Kemudian Nu’man berkata: “Ini, Demi Allah! Hanya untuk didengarkan dan dinikmati saja.”

Lalu, Said bin al Musayyib menjawab dengan menyanyikan syair:

Dia tidak seperti wanita lain yang menebarkan sakunya sehasta
Dan kedatangannya memanjangkan kuku jarinya
Dan mencat ujung jari dengan wangi misk dan
Kakinya yang halus seperti bulan purnama ....dst

Ibrahim mengatakan: Mereka beranggapan bahwa syair ini adalah buatan Said bin al Musayyab. Ibnu Abdil Barr mengatakan, “Ini bukanlah Syair buatan An Namiri sebagaimana yang pernah aku riwayatkan, dan dalam syair dia tidak ada bait seperti ini. Jelas ini adalah bait syair buatan Said bin al Musayyib.

Kisah ini juga dikutip oleh Ibnul Jauzy dalam Talbisul Iblis, dan Ath Thabrani serta As Sam’ani dalam Awail adz Dzail.

Sikap Salim bin Abdullah

Dia adalah Salim bin Abdullah bin Umar bin Al Khathab. Imam Ibnu Thahir mengatakan, dengan sanadnya yang sampai pada Abdul Aziz bin Abdul lathif dia berkata, ayahku mengatakan: “Aku pernah masuk ke rumah Salim bin Abdullah bin Umar. Di sana ada Asy’ab yang sedang menyanyikan syair:

Perubahan di wajahnya bagai purnama setahun penuh
Yang terbebas dari dosa dan kesalahan
Yang nampak hanyalah kekayaan
Sesuai dengan kesucian jiwa
Memisahkan setiap hal yang jelek dan menjijikan dari sesuatu yang suci ...dst

Lalu Salim berkata kepada Asy’ab: “Ulangi lagi untukku.” Maka Asy’ab melanjutkan sampai selesai.

Kemudian Salim berkata: “Hai demi Allah, kalaulah engkau tidak bergantian mengisahkan syair ini, niscaya akan aku beri hadiah untukmu.

Kemudian Imam ibnus Sam’ani mengutip akhir sanadnya, dan juga Abdul Aziz bin Abdul muthallib, beliau adalah Qadhi di Madinah, ada pula yang menyebut Qadhi di Mekkah.

Sikap Qadhi Syuraih

Dinukil dari Al Ustadz Abu Manshur al Baghdadi dalam As Sima’ menceritakan tentang Qadhi Syuraih, bahwa beliau menyusun syair, mendendangkan dan mendengarkannya sendiri dengan penuh penghayatan.

Sikap Kharijah bin Zaid

Dia adalah salah seorang dari tujuh ahli fiqih Madinah. Tentang kisahnya mendengarkan musik sudah kami sebutkan dalam Sikap Hassan bin Tsabit Radhiallahu ‘Anhu. Silahkan diperiksa.

Sikap Said bin Jubair

Al hafizh Abu Fadhl Muhammad bin Thahir menceritakan dengan sanadnya yang sampai kepada al Ashmu’i tentang Al Qadhi Said bin Jubair; Umar bin Zaidah menceritakan kepada kami, Isteri Amr bin Al Asham menceritakan: “Kami nelewati sebuah tempat dan di samping kami ada Said bin Jubair dan di antara kami ada seorang jariyah yang bernyanyi dengan memukul duff, dengan mendendangkan syair:

Kalaulah kamu tidak kagum kepadaku, maka kemarilah
Said mengagumiku,
Dengan berkurban yang kaum muslimin
Sedikit sekali yang melakukannya ...dst

Maka Said menimpali:
“Kau dusta, kau dusta!”

Al Faqihi meriwayatkan dalam Tarikh Mekkah, bahwa Said mendengarkan lagu yang diiringi duff dengan tidak mengecam perbuatan itu. Namun, ketika diperbincangkan hal itu, ia menyanggahnya dengan tanpa mengecam.

Sikap Amir Asy Sya’bi

Dia adalah tabi’in generasi pertama. Dalam Shafwat at Tashawwuf Al Hafizh Abu Fadhl Muhammad bin Thahir mengatakan, Al Ashmu’i berkata, Amr bin Abi Zaidah menceritakan: “Asy Sya’bi lewat di depan jariyahnya yang sedang bernyanyi, Asy Sya’bi menyenanginya, namun jariyah itu diam ketika melihat Amir Asy Sya’bi. Lalu Asy Sya’bi berkata: “Tinggikan ujung lagu itu.”

Kisah ini juga terdapat dalam Awailudz Dzaili-nya Ibnu Sam’ani.

Sikap Ibnu Abi ‘Atiq

Ia seorang faqih, zuhud, dan mengajarkan syair nyanyian. Shahihain meriwayatkan hadits darinya. Dalam Al Mawfiqiyat Thayyibah, dari Ummi Sulaiman binti Nafi’, bahwa Ibnu Abi ‘Atiq pernah masuk ke rumah Jariyah di kota Madinah, yang mendendangkan nyanyian kepada Ibnu Suraij:

Hati telah mengatakan yang sebenarnya
Sebagaimana diceritakan Ummi Zaid
Sedangkan hewan tunggangan kelam kelabu
Kelabu karena penunggangnya ... dst

Kemudian Ibnu Abi ‘Atiq meminta jariyah itu mengulangi nyanyiannya, tetapi jariyah tersebut menolaknya, sehingga Ibnu Abi ‘Atiq keluar rumah karena kesal. Kisah ini sangat tenar dan sanadnya kuat.

Sikap ‘Atha bin Abi Rabah

Dia adalah tokoh tabi’in terkenal. Luas ilmunya, wara’, zuhud, ‘abid dan penghapal hadits dan atsar. Imam al Baihaqi mengatakan, dengan sanad sampai Ibnu Juraij, aku pernah bertanya kepada ‘Atha tentang masalah syair yang diiringi musik, beliau menjawab: “Aku berpendapat hal itu tidak mengapa, selama tidak terdapat hal yang buruk di dalamnya.”

Ibnu Abdil Barr dalam sanadnya yang sampai kepada Ibnu Juraij berkata: “Aku bertanya kepada ‘Atha tentang bersenandung syair dan lagu, beliau menjawab: “Tidak apa-apa selama tidak mengandung hal yang buruk.”

Muhammad bin Ishaq al Faqihy dalam Tarikh Makkah, menceritakan bahwa ketika Imam Atha’ mengkhitan anaknya, di dalamnya ada nyanyian dua orang pemuda yakni al ‘Aridh dan Ibnu Suraij. ‘Atha menyukai suara Ibnu Suraij sehingga ia berkata: “Yang terbaik di antara kalian adalah yang lembut suaranya yaitu Ibnu Suraij.”

Sikap Umar bin Abdul Aziz

Ibnu Qutaibah meriwayatkan dari Ishaq tentang Umar bin Abdul Aziz. Ishaq ditanya tentang nyanyian menurut Umar bin Abdul Aziz. Dia mengatakan: “Ketika menjadi khalifah tidak pernah sama sekali mendengarkan nyanyian, sedangkan ketika masih menjadi pangeran beliau menyedikan waktu khusus untuk mendengar nyanyian tapi yang baik-baik saja. Dia sendiri yang mendendangkan dan memainkan alat musiknya. Di kamarnya ada tharb (gendang), kadang-kadang ia memukul tharb itu dengan kakinya.”

Dalam Al Mawfiqiyat, Zubair bin Bakr mengatakan saya pernah mendengar paman mengatakan, “Saya pernah bertemu orang-orang Madinah yang menyanyikan lagu yang disandarkan sebagai gubahan Umar bin Abdul Aziz.”
Al Adfawi menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz, sebelum menjadi khalifah, suk mendengarkan budak-budaknya bernyanyi.

Sikap Sa’ad bi Ibrahim

Ibnu Hazm menceritakan tentang pendapat Sa’ad bin Ibrahim (seorang Qadhi di Madinah, cucu Abdurrahman bin ‘Auf), bahwa ia termasuk tabi’in yang membolehkan nyanyian.

V. Para Imam setelah tabi’in juga membolehkan nyanyian

Sikap Ibnu Juraij

Dalam At tadzkirah al Hamduniyah diceritakan oleh Daud al Makky, bahwa Ibnu Juraij sedang mengisi ta’lim, dan di dalamnya ada rombongan dari Irak di antaranya ada Abdullah bin Mubarak. Saat itu lewatlah seorang penyanyi, maka Ibnu Juraij berkata, “Maukah engkau bernyanyi?” penyanyi itu menjawab, “Aku sedang terburu-buru,” tetapi kemudian ia bernyanyi juga. Ibnu Juraij berkata, “Suaramu bagus.” Kemudian ia menghadap ke jamaah dari Irak, “Apakah kalian tidak suka nyanyian?” mereka menjawab: “sesungguhnya di Irak kami tidak menyukai nyanyian.” Beliau bertanya, “Kalau bersenandung bagaimana?” mereka menjawab: “Bersenandung tidak masalah bagi kami.” Ibnu Juraij menimpali, “lalu, apa bedanya bersenandung dengan bernyanyi?”

Ibnu Qutaibah berkata dalam Ar rukhshah fis Sima’: Ibnu Juraij bercerita, bahwa beliau pernah bermaksud pergi Jumat dan melewati sebuah rumah seorang penyanyi, kemudian ia singgah dan pemilik rumah keluar, dan duduk bersamanya di pinggir jalan. Ibnu Juraij berkata: “Bernyanyilah.” Maka menyanyialah ia, sampai Ibnu juraij mengalir air matanya hingga membasahi janggutnya, karena syairnya menceritakan kenikmatan surga.

Sikap Muhammad bin Sirin

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Ibnu ‘Aun (murid Ibnu Sirin). Beliau berkata: Pada keluarga Muhammad bin Sirin terdpat kumpulan malak (para suami) yang berkumpul-kumpul di saat senggang. Di saat Mumammad bin Siri pulang ke rumah ia berkata kepada isterinya: “Di mana makananmu?” Ibnu ‘Aun berkata: “Yang dimaksud dengan mkanan adalah duff.” (Al Mushannif, IV/193)


Sikap Imam Abu Hanifah

Dalam Ibnu Abdi Rabbah dalam al ‘Aqd menyebutkan, Hafash bin Ghiyats menerima langsung dari Muhamamd bin Hasan dari Abu Yusuf, dia (Abu Hanifah) berkata: “Adapun aku cukup menyukainya sebagai hutang yang mesti aku lunasi, dan aku berjanji pada pada diriku sendiri, bila dilantunkan lagu, aku akan mendengarkannya.”

Ibnu Qutaibah juga menceritakan tentang Abu Hanifah yang sering mendengarkan nyanyian dan musik tetangganya yang bernama ‘Amr. Hingga suatu hari ‘Amr dipenjara, mendengar dia dipenjara, Abu hanifah pergi menemui khalifah meminta pembebasan ‘Amr.

Sikap Imam Malik

Al Adfawy dalam Al Imta’ bi Ahkamis Sima’ meriwayatkan, Khalifah Harun ar Rasyid pernah bertanya kepada Ibrahim bin Said, “Apakah Anda tahu sikap Imam Malik terhadap musik?” Ibrahim menjawab: “Demi Allah, tidak! Tetapi ayahku pernah memberitahu bahwa dia pernah berkumpul pada undangan Bani Yarbu’. Saat itu mereka termasuk kaum yang lebih dalam pengetahuannya, sedangkan Malik paling sedikit ilmu dan kemampuannya, mereka membawa duff sambil bernyanyi dan bersenda gurau, sedangkan Malik hanya memegang duff. Beliau menyanyikan sebuah lagu untuk mereka:

Keselamatanku terancam di antara kita, dan
Di manakah aku temukan penyelasaian, di mana?

Sedangkan ucapan Imam malik, bahwa beliau mengharamkan penjualan jariyah yang suka bernyanyi, bukan berarti bernyanyi haram. Melainkan ia mencela jariyah yang selalu menyanyi, sehingga melupakan tugas pelayanan lainnya.

Ar Ruyani meriwayatkan dari Al Qaffal bahwa madzhab Malik bin Anas memperbolehkan nyanyian dengan menggunakan alat-alat musik. Ustadz Abu Manshur al Faurani meriwayatkan dari Imam Malik kebolehan menggunakan ‘Aud. Imam Malik adalah Imamnya Penduduk Madinah, berkata Ibnu Thahir bahwa tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama Madinah tentang bolehnya memainkan ‘Aud/kecapi. Ibnu Nahwi dalam al Umdah menyatakan bahwa, Ibnu Thahir berkata, “Pendapat itu sudah menjadi ijma’ penduduk Madinah.”


Sikap Imam Asy Syafi’i

Imam al Ghazali menerangkan dalam Al Ihya’, “pada dasarya madzhab ini tidak mengharamkan nyanyian.” Yunus bin Abdil A’la mengatakan, Aku bertanya kepada Imam Asy Syafi’i tentang dibolehkannya orang Madinah mendengarkan nyanyian dan musik, maka Imam Asy Syafi’i menjawab: “Sama sekali aku tidak tahu, ulama Hijaz mana yang melarang mendengarkan nyanyian kecuali yang jelas-jelas diharamkan, adapun bersenandung, Al athlal dan Al Marabi; itu adalah termasuk memperindah suara dengan dibarengi syair atau sajak, itu boleh-boleh saja.”

Al Mawardi meriwayatkan tentang kebolehan memainkan ‘Aud oleh sebagian ulama syafi’iyyah. Bahkan Ibnu Nahwi mengatakan jumhur ulama syafi’iyyah menyatakan kebolehannya. Hal ini juga dikatakan oleh Abu ishaq Asy Syairazi Asy Syafi’i.

Imam Ahmad bin Hambal

Imam Abul Wafa bin Aqil al Hambali dalam al Fushul berkata: Ada riwayat yang shahih sampai kepada Imam Ahmad bahwa dia pernah mendengarkan nyanyian dari anaknya yang bernama shalih. Dia hanya membenci nyanyian yang diikuti sesuatu yang dibenci.

Pensyarah al Muqaffai mengatakan: diriwayatkan dari Ahmad, bahwa beliau mendengar sebuah ungkapan syair dari anaknya, shalih dan dia tidak mengecamnya. Shalih bertanya kepada Imam Ahmad, “Wahai Ayah, bukankah engkau mengingkari dan membencinya?”. Imam Ahmad menjawab: “itu dituduhkan sebagai pendapatku, maka mereka melakukan sebuah kemungkaran bersamanya.”

Imam Sufyan bin ‘Uyainah

Murid Sufyan bin ‘Uyainah, yakni Zubair bin Bakr bercerita dalam Al Mawfiqiyat, ketika beliau mengunjungi Ibnu jami’ di Mekkah, Ibnu jami memberi mereka banyak harta, Sufyan bertanya, “Dengan apa kita membalas harta sebanyak ini?” mereka menjawab, “Dengan nyanyian saja.” Lalu Zubair berkata, “lantas dengan apa mereka membalasnya?” Mereka menjawab:

Aku thawaf memutari ka’bah
Beserta yang lainnya
Sambil aku angkat kain sarungku sebatas mata kaki

Sufyan menjawab; “Bagus, itu sunnah. Lanjutannya?’ Mereka menjawab:

Aku bersujud malam hari sampai subuh
Dan kubaca ayat-ayat yang Allah turunkan

Sufyan berkata: “Sangat baik, bagus, lanjutannya?” mereka meneruskan ...dst

Demikianlah, uraian panjang, tentang mubahnya nyanyian dan musik tabuh, menurut Al Quran, Al hadits, perilaku para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, Imam empat, dan lain-lain.

VI. Lagu dan Musik –walaupun nasyid Islam- bisa haram, jika ...

1. Tinjauan isi syairnya, jika isinya menodai aqidah, jorok, mesum, menyesatkan manusia dari jalan Allah Ta’ala, maksiat, cinta picisan dan rayuan kepada wanita. Inilah kebanyakan lagu yang ada saat ini.
2. Tinjaun penyanyi dan pendengar, yakni penampilannya; apakah meniru orang kafir? Pakaiannya pamer aurat. Ada tarian dan jogetnya. Wanita tidak boleh bernyanyi untuk laki-laki yang bukan mahramnya.
3. Tinjauan waktu, jika nyanyian dapat memalingkan manusia dari kewajiban agama dan dunia maka wajib ditinggalkan. Termasuk nyanyian yang akhirnya menyita waktu, atau berlebihan, maka wajib ditinggalkan. Setiap manusia, dia yang paling tahu tentang keadaan dirinya, saat bagimanakah sudah layak disebut melampaui batas.
4. Tinjauan tempat, jika di dalamnya terdapat kemunkaran seperti khamr, wanita, judi, seperti di bar dan diskotik. Berbaurnya laki-laki dan perempuan.
5. Dari dampaknya, ini tolok ukurnya masing-masing individu. Jika ternyata mendengar nyanyian dan musik membuatnya lahir rasa takut dan cemas tak berdasar, atau lahir syahwat, atau lahir keinginan untuk melakukan pebuatan haram, maka langsunglah ia menjauhi lagu dan nyanyian.

Sekian, wa akhiru da’wana alhamdulillah ....


Hadits Buraidah tersebut ... peristiwa jariyah yang bernadzar itu... terjadi bukan ketka jihad atau dalm perjalanan jihad, melainkan sedang mukim alias sudah pulang, ..coba lihat lagi ...

fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin adalah jtihadnya ... bisa benar bisa salah ... ada fatwa dari Imam terdahulu yang berbeda dengannya yakni Imam Ibnul Araby al maliki


Dalam Kitab Ahkamul Qur’an karya Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi al Maliki. Dia mengatakan keringanan pada walimah, bukan hanya alat musik tabuh, melainkan seluruh alat musik (Jilid III, hal. 1494). Ia menegaskan tak ada di dalam Al Quran dan As Sunnah tentang pengharaman lagu dan musik (Jilid III, hal. 1053)

Demikianlah ... kita tidak mengetahui mana di antara dua ulama ini yang lebih cerdas dan wara' ...

Anda Pengunjung Ke :